Di sisi lain, Cina Kuantung mengguncang wilayah Pagaruyung dan sekitarnya.
Dalam keputusan yang sulit, Dang Tuanku Dewang Pandan Salasieh Bonang Raiwano dan istri Puti Reno Kemuning Mego terpaksa meninggalkan istana
Untuk menghindari kerusakan lebih lanjut. Pagaruyung menjadi sepi, hanya tinggal koto, dan Mande Kandungpun dibawa serta.
Tertawannya Cindua Mato dan Kembalinya Harapan
Keberangkatan Dang Tuanku dan Puti Reno Kemuning Mego menyisakan kesedihan di Pagaruyung.
Cindua Mato, yang ditawan oleh Cina Kuantuang, menjadi berita haru di Ranah Sikalawi.
Tuanku Bagindo Rajo Mudo, adik kandung Bundo Kanduang Puti Panjang Rambut, mengirim pasukan khusus untuk melepaskan Dang Cando Ramowano dari tawanan Cina Kuantuang.
Kembalinya Keamanan dengan Kepemimpinan Cindua Mato
Setelah lepasnya Cindua Mato, perang kembali berkobar.
Ampanglimo Cindua Mato memimpin perang melawan Cina Kuantuang, berhasil merebut kembali wilayah yang mereka kuasai.
Cindua Mato dinobatkan menjadi raja (Dang Bagindo) di Ranah Sikalawi, membawa harapan kembali bagi masyarakat Pagaruyung.