TOPSUMBAR – Dalam tragedi yang mengguncang kota Padang, kematian Shintia Indah Permatasari meninggalkan tanda tanya besar.
Meskipun awalnya dianggap sebagai kasus bunuh diri, fakta terbaru menunjukkan bahwa misteri di balik kepergiannya mungkin lebih kompleks daripada yang terlihat.
Mari kita selami peristiwa tragis ini dan ungkapkan side yang belum terungkap dari kisah Shintia.
Berikut adalah 5 fakta terbaru yang dapat diulas terkait kejadian tersebut:
1. Identitas Korban
Shintia Indah Permatasari berasal dari Kelurahan Rawang, Kecamatan Pariaman Tegah, Kota Pariaman, bukan dari Kota Padang seperti yang banyak diperbincangkan.
Saat ditemukan meninggal, wanita ini berada di salah satu penginapan dekat Kampus Unes Padang.
2. Bukan Bunuh Diri?
Meskipun beredar informasi bahwa Shintia meninggal karena bunuh diri, hal ini belum dipastikan secara resmi.
Posisi korban yang ditemukan tergantung di lemari dalam kamar penginapan masih menyisakan pertanyaan, dan penyelidikan lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikan penyebab kematian.
3. Gagal Menikah
Dugaan bahwa faktor asmara, terutama kegagalan dalam rencana pernikahan, menjadi pemicu aksi bunuh diri Shintia.
Keluarga calon suami disebut-sebut meminta mahar fantastis sebesar Rp500 juta, yang kemungkinan menjadi tekanan besar bagi korban.
4. Sosok Calon Suami
Calon suami Shintia Indah Permatasari diketahui bernama Muhammad Hadi dan berasal dari Akademi Militer (Akmil).
Sosoknya menjadi perbincangan di jagad media sosial, dan banyak netizen yang mencari informasi lebih lanjut terkait hubungan mereka.
5. Keterangan Polisi
Pihak kepolisian sudah mengonfirmasi penemuan mayat Shintia Indah Permatasari di salah satu penginapan di Kota Padang.
Menurut Ps Kapolsek Padang Barat, keadaan di hotel tersebut terlihat biasa-biasa saja, tanpa adanya permasalahan yang mencolok.
Berita ini telah menarik perhatian publik, namun perlu diingat bahwa investigasi lebih lanjut diperlukan untuk memastikan fakta-fakta yang terkait dengan kematian Shintia Indah Permatasari.
Kondisi ini juga mengingatkan kita untuk lebih peduli terhadap isu-isu kesehatan mental dan dukungan yang dapat diberikan kepada individu yang mengalami kesulitan emosional.
(Fiyu)