3. Perjuangan dengan PNI-Baru
Sutan Syahrir dan Hatta membentuk PNI-Baru dengan paham sosialis-nasionalis.
Berfokus pada kualitas daripada kuantitas, organisasi ini melibatkan kaum terpelajar dan menengah atas dalam perjuangan.
Meskipun tidak disetujui oleh Soekarno, pendekatan ini memberikan perjuangan yang lebih terstruktur dan sulit dipengaruhi oleh propaganda Belanda.
4. Diplomasi dan Perundingan Internasional
Sutan Syahrir menyadari bahwa kemerdekaan tidak hanya dapat dicapai dengan kekuatan senjata.
Ia aktif menjalin hubungan diplomatis dengan Inggris dan memperjuangkan masalah sengketa lahan dalam Perundingan Linggarjati.
Upayanya ini tidak hanya memperkuat posisi Indonesia di mata dunia tetapi juga membentuk jaringan hubungan dengan negara-negara lain.
5. Beroposisi dengan Soekarno
Meskipun keduanya memiliki tujuan kemerdekaan, perbedaan pandangan antara Sutan Syahrir dan Soekarno menciptakan ketidakcocokan.
Syahrir menentang sistem partai tunggal, menganggapnya sebagai ancaman terhadap demokrasi.
Perbedaan ini memunculkan ketegangan, dan pada akhirnya, Syahrir ditahan tanpa pengadilan oleh Soekarno.
Meskipun perbedaan pandangan politik, Soekarno memilih mengabadikan Sutan Syahrir sebagai Pahlawan Nasional.
Warisan intelektual dan kritisnya dalam perjuangan menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya, termasuk para akademisi dan mahasiswa di era sekarang.
(Fiyu)