Kedalaman perencanaan pembangunan gua ini menunjukkan komitmen serius Jepang dalam peperangan.
Jepang bahkan menangkap tahanan dari luar daerah Sumatera Barat hingga mencapai ratusan ribu orang untuk bekerja.
Ironisnya, kebanyakan korban romusha berasal dari luas Sumatra Barat.
Tujuannya adalah untuk menjaga kerahasiaan lokasi lubang jepang.
Karena jika bertemu dengan masyarakat lokal mereka akan terkendala bahasa.
Kurangnya pemahaman juga menjadi alasan pendukung terkait kekhawatiran mereka akan membocorkan informasi tentang lokasi gua tersebut.
Ada Jejak Perang dan Penjara dalam Lubang Jepang
Menurut pemandu Jefry, di goa yang panjangnya 1470 meter tersebut, sisanya 4730 meter belum tereksplorasi.
Ribuan pekerja paksa romusha mati menggenaskan saat proses pembangunan.
Bukti kisah horor tersebut terekam dari banyaknya ruangan mirip penjara yang difungsikan sebagai tempat penyiksaan.
Ada rongga berbentuk setengah lingkaran dengan tinggi dua meter.
Juga ada beberapa rongga memaksa para pengunjung membungkuk untuk memasuki goa.
Lubang ini ditujukan untuk pertempuran gerilya panjang melawan sekutu.
Dari bentuk arsitekturnya, goa ini dibuat menembus bukit.
Tujuannya, saat musuh masuk lewat pintu utama, para serdadu Jepang bisa cepat keluar dari ujung-ujung goa itu, untuk berbalik mengepung musuh yang terjebak di dalam.
Jadi, selain sebagai benteng pertahanan, goa ini juga berfungsi sebagai penjebak musuh.
Lubang Jepang Awalnya Ditemukan Pencari Kayu Bakar
Didirikan pertama kali tahun 1942, gua ini baru terekspos ke dunia pada September 1946 oleh sekelompok pencari kayu bakar.
Tidak yang tersisa di goa kecuali beberapa pucuk pistol dan batok kelapa serta tempat makan dan minum romusha yang berserakan.
Senjata yang ditemukan diabadikan di Museum Tri Daya Eka Dharma.
Sebelum meninggalkan goa ini, tentara Jepang sempat mengangkut amunisi mereka.
Lubang Jepang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan Pada 11 Maret 1986.