TOPSUMBAR – Pagi itu, Queen terlihat sangat gembira. Seorang siswi kelas IV dari salah satu Sekolah Dasar (SD) di Padang, melangkah ceria menuju sekolahnya. Pakaian yang dikenakannya tampak istimewa.
Dia mengatakan, “Hari ini saya memakai baju Basiba (pakaian khas wanita Minangkabau-red),” pada Selasa 10 Oktober 2023 pagi itu.
Siswa SD di Padang memang tampil berbeda saat hari Selasa. Para gadis mengenakan ‘Baju Kuruang Basiba’, sementara para siswa laki-laki mengenakan ‘Taluak Balango’, juga pakaian khas Minang. Tidak hanya siswa, tetapi seluruh guru juga mengenakan pakaian serupa.
Sejak mata pelajaran muatan lokal Keminangkabauan diluncurkan sebulan yang lalu, SD di Padang telah mengakar dalam budaya Minang.
Setiap hari Selasa, siswa dan guru SD mengenakan pakaian khas Minang. Mereka juga menggunakan bahasa Minang di dalam lingkungan sekolah. Tak hanya itu, mereka belajar seni dan tradisi Minang.
Kepala SD 31 Jati Tanah Tinggi, Ratna Yuriani, mengungkapkan bahwa kegiatan ini telah berlangsung selama empat kali Selasa. Selama periode ini, siswa SD di sana telah mempelajari banyak hal mengenai Minangkabau.
Dia menyebutkan bahwa mereka memulai dengan mengenalkan lagu-lagu Minang kepada seluruh siswa sepekan setelah muatan lokal tersebut diluncurkan.
Lagu-lagu seperti Dayuang Palinggam, Bareh Solok, dan lainnya diperkenalkan kepada seluruh siswa, yang kemudian menyanyikannya bersama-sama dan menghafal liriknya.
“Kemudian di pekan keduanya kami menggelar ‘Makan Barapak’, semua siswa dan guru ikut terlibat,” kata Ratna.
Kegiatan “Makan Barapak” diadakan di halaman sekolah yang luas, menciptakan atmosfer makan seperti yang dilakukan oleh niniak mamak dalam prosesi adat.
Ada juga petatah-petitih yang disampaikan oleh dua orang guru laki-laki, sementara seluruh siswa memanggil mereka dengan sebutan ‘Mak Adang’ dan ‘Mak Etek’.
Di pekan ketiga, SD 31 Jati Tanah Tinggi memperkenalkan permainan tradisional Minang kepada seluruh siswa. Permainan-permainan yang sudah lama tidak dimainkan, kembali dikenalkan kepada siswa.
Di pekan keempat, SD ini memperkenalkan tari Minang kepada seluruh siswa. Sekolah ini bahkan memiliki alat musik tambua tasa yang dimainkan di depan siswa, dan semua siswa belajar memainkannya.
Di SD 22 Andaleh, seluruh siswa sudah mulai mempelajari pelajaran Keminangkabauan. Meskipun mereka masih memfokuskan pada Budaya Alam Minangkabau (BAM), namun pelajaran Keminangkabauan juga telah dikenalkan kepada seluruh siswa.
Kepala SD 22 Andaleh, Widyastuti, mengakui bahwa pelajaran Keminangkabauan memiliki perbedaan signifikan dengan BAM. Menurutnya, BAM lebih menekankan pada sejarah Minangkabau, sementara Keminangkabauan lebih fokus pada adat dan tatakrama di Minangkabau.
“Di pelajaran Keminangkabauan, siswa diajarkan tentang sopan santun dan etika di Minangkabau,” katanya.
Hal ini, menurut Widyastuti, telah membangkitkan semangat belajar siswa terhadap muatan lokal ini. Mereka lebih tertarik karena praktik juga dimasukkan. Sebagai contoh, bagaimana menerapkan etika sopan santun dalam sumbang duobaleh, dan lainnya.
Widyastuti juga mengakui bahwa pihaknya sedang mempersiapkan muatan lokal Keminangkabauan yang akan diajarkan kepada seluruh siswa. Muatan lokal ini diharapkan akan diperkenalkan secara menyeluruh pada awal tahun 2024.
Pemerintah Kota Padang telah meluncurkan mata pelajaran muatan lokal Keminangkabauan di tingkat jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tanggal 19 September 2023 lalu.
Wali Kota Padang, Hendri Septa, menyatakan bahwa pencanangan mata pelajaran muatan lokal Keminangkabauan ini akan memberikan warna baru dalam dunia pendidikan di Kota Padang. Hal ini akan semakin mengukuhkan eksistensi Kota Padang sebagai Kota Pendidikan.
Wali Kota Padang bahkan menyebutkan bahwa muatan lokal Keminangkabauan diharapkan dapat membentuk generasi penerus bangsa yang taat beragama, menerapkan nilai-nilai Pancasila, dan tetap terhubung dengan akar budayanya sebagai orang Minang.
Termasuk dalam upaya menghidupkan kembali falsafah adat basandi syarak, syarak bersandi kitabullah (ABS-SBK).
”Kita tentu berharap mata pelajaran muatan lokal Keminangkabuan mampu membentengi anak-anak kita dari perilaku-perilaku negatif seperti narkoba, pornografi, LGBT, pergaulan bebas, perjudian, tawuran, bully, dan kekerasan serta hal-hal lainnya,” jelas Wako Hendri Septa saat peluncuran bulan lalu.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang, Yopi Krislova, menjelaskan bahwa mata pelajaran muatan lokal Keminangkabau ini merupakan amanat dari Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 37 ayat (1), yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat salah satunya muatan lokal.
Mata pelajaran muatan lokal Keminangkabauan ini bertujuan untuk pembentukan dan penanaman nilai-nilai karakter, khususnya bagi peserta didik di Kota Padang.
Dengan harapan, nantinya mereka akan menjadi peserta didik yang unggul, taat beragama, beradat, berbudaya, serta berakhlak mulia.
(Charlie)