TOPSUMBAR – Pada setiap tahun menjelang bulan suci Ramadan, masyarakat Minangkabau di Kota Padang mempraktikkan tradisi unik yang dikenal sebagai Mandi Balimau.
Tradisi ini, yang diwariskan dari generasi ke generasi, awalnya dirayakan sebagai cara untuk membersihkan diri, baik secara fisik maupun spiritual, menjelang ibadah puasa.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, tradisi ini telah menjadi kontroversi di tengah perubahan pola pikir dan pandangan masyarakat.
BACA JUGA : Rahasia Keharmonisan Adat dan Agama di Aceh dan Minangkabau
Menyambut Ramadan dengan Berkumpul di Sungai
Pada hari sebelum Ramadan dimulai, warga Minangkabau berkumpul di Sungai Batang Kuranji dan Sungai Lubuk Minturun untuk mandi bersama.
Ini adalah saat di mana semua orang, dari tua hingga muda, laki-laki dan perempuan, berkumpul untuk merayakan tradisi yang telah menjadi bagian dari budaya mereka.
Meskipun mereka masih memakai pakaian, tradisi ini telah menimbulkan perdebatan karena beberapa orang melihatnya sebagai aktivitas yang kurang pantas.
Akar dan Etimologi Tradisi Balimau
Asal-usul pasti Mandi Balimau mungkin tidak dapat dipastikan, tetapi dalam etimologi bahasa lokal, ‘balimau’ berarti mandi dengan jeruk nipis atau limau.
Selain jeruk nipis, tradisi ini juga melibatkan penggunaan rempah-rempah dan berbagai jenis bunga.
Setelah mandi, rempah-rempah tersebut ditaburkan ke seluruh tubuh sebagai bagian dari upacara ini.