Catatan: M. Insan Mukhlisin
TOPSUMBAR – Berbicara mengenai smartphone, siapa yang tidak kenal dengan benda tersebut, bentuknya yang fleksibel dengan teknologi dan fitur yang disematkan di dalamnya terbukti mampu membantu pekerjaan seseorang menjadi lebih efesien.
Namun tidak bisa dipungkiri dampak negatif yang ditimbulkan dari Smartphone ini tentu ada.
Jika dicontohkan di tahun 2023 ini, generasi alpha yang akan mendominasi dampak negatif dari penggunaan smartphone tersebut.
Dimana generasi yang lahir tahun 2010 keatas ini, adalah generasi yang mengenal teknologi dari sejak dini, mulai dari gawai, laptop dan Smartphone.
Melihat kilas balik kejadian Wabah covid di tahun 2020 ternyata telah merubah banyak mindset orang, dimana keadaan memaksa untuk bertransformasi ke era digital.
Dengan dikeluarkannya peraturan mengurangi aktifitas diluar rumah. Maka pemanfaatan teknologi semakin ditekankan tidak terkecuali di insitusi pendidikan.
Ditambah diberlakukannya peraturan proses belajar mengajar untuk tatap muka ditiadakan. Hal ini kemudian menjadi salah satu alasan anak menggunakan smartphone untuk belajar daring.
Pada posisi ini orang tua tidak punya dalih untuk menolak memberikannya, yang akhirnya ketika tidak ada pengawasan dari orang tua, anak akan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengunakan smartphone kepada hal yang lain, yang tidak ada kaitannya dengan pembelajaran.
Seiring dengan berjalannya waktu, penggunaan smartphone disaat sekarang ini bisa dikatakan bukan hal yang sekunder tapi suatu barang primer dikalangan orang dewasa dan tidak terkecuali menyasar dikalangan anak – anak.
Sehingga smartphone tidak lagi jadi barang langka yang begitu asing dilihat, tapi telah berubah menjadi kebutuhan wajib yang dimana setiap orang berusaha untuk membelinya.
Bisa kita lihat dalam satu rumah setiap anggota keluarga punya smartphone dengan berbagai merek dan spesifikasi yang berbeda.
Lebih lanjut, dampak masifnya penggunaan smartphone dikalangan generasi alpha, permainan tradisional juga ikut tergerus.
Padahal jika dilihat dari permainan tradisional seperti, bermain kelereng, engrang, lompat tali, mempunyai dampak positif kepada generasi alpha.
Interaksi sosial, semangat gotong royong sudah tentu bagian dari permainan tradisional ini dibandingkan permainan yang ditawarkan di dalam smartphone yang cenderung individualisme.
Pengenalan gadget kepada anak sebenarnya ada batasan usia kapan idealnya bisa diperkenalkan dan digunakan oleh anak, namun orang tua lebih memilih memberikan anak smartphone bahkan membelikannya dengan alasan supaya anak tersebut bisa bermain sendiri sehingga tidak menggangu pekerjaan orang tuanya.
Kebiasaan yang tidak sehat dari orang tua ini, memicu anak mempunyai keinginan untuk merengek bahkan menangis meraung kepada orang tuanya supaya dibolehkan bermain smartphone atau dibelikan smartphone yang baru.
Terlepas dari apa yang sudah disampaikan diatas, kemajuan teknologi tidak bisa dihindari oleh generasi alpha.
Untuk itu pembekalan tentang pengetahuan penggunaan gawai rasanya sangat penting tehadap anak, mulai dari bahaya yang akan ditimbulkan dari penggunaan Smartphone, bagaimana berselancar di dunia maya yang aman dan sehat.
Jika anak sudah dibekali dengan pengetahuan yang cukup. Maka, kecemasan kita akan terjerumusnya generasi alpha ini ke dalam hal yang negatif bisa kita minimalisir.
Pengaruh lingkungan juga menentukan kecanduan generasi alpha terhadap penggunaan smartphone.
Jika lingkungan nya menuntut pembatasan penggunaan smartphone, misalnya seperti disekolah dan pesantren, tentu efek jangka panjangnya terhadap ketergantungan akan gawai bisa berkurang.
Sekali lagi, peran orang tua dibutuhkan untuk memberikan edukasi tentang penggunaan smartphone sehingga bisa mendatangkan nilai positif terhadap kehidupannya.
Masa depan anak harus kita tentukan dari sekarang, apakah anda setuju?
Penulis merupakan staf di salah satu yayasan pendidikan di Pasaman Barat.