TOPSUMBAR – Sekitar pukul 19.00 WIB pada Kamis, 12 Oktober 2023, Festival Budaya tak Benda yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar resmi dibuka di Cafe Agam Jua Art.
Acara ini dihadiri oleh Gubernur Mahyeldi Ansyarullah bersama sejumlah delegasi dari luar negeri dan perwakilan provinsi di Indonesia.
Festival ini direncanakan akan berlangsung selama 5 hari di berbagai lokasi di Kota Payakumbuh.
Direktur Festival, S. Metron, dalam laporannya, menyampaikan bahwa kegiatan festival ini akan berlangsung hingga 17 Oktober mendatang.
Festival ini akan menampilkan beragam pertunjukan, termasuk pameran kuliner, demo masakan tradisional, pameran menoskrip, permainan anak nagari, tur budaya, pemutaran film WBTB, dan diskusi mengenai naskah kuno.
Selain itu, kegiatan festival juga melibatkan berbagai daerah, termasuk Aceh, Riau, Banten, Kaltim, Kalbar, Sumsel, dan 19 kota dan kabupaten di Sumbar.
Dari mancanegara, delegasi turut berpartisipasi dari India, Belanda, Malaysia, Singapura, dan Nigeria.
Metron juga menekankan bahwa tantangan terbesar dalam kebudayaan saat ini adalah kurangnya koneksi dalam ekosistem.
Festival Warisan Budaya Takbenda 2023 bertujuan untuk menciptakan ikatan yang lebih kuat dalam ekosistem kebudayaan.
Pj. Walikota Payakumbuh, melalui perwakilan Sekdako, Rida Ananda, menyambut baik ditunjuknya Payakumbuh sebagai tuan rumah Festival Warisan Budaya Tak Benda Sumatera Barat 2023.
Saat ini, Payakumbuh memiliki 8 elemen Warisan Budaya Takbenda, seperti Rendang, Pacu Itiak, Takuluak Kompong, Tenun, dan Batagak Penghulu.
Harapannya, melalui festival ini, kebudayaan di Indonesia, khususnya di Sumatera Barat, dapat lebih dikenal baik di tingkat nasional maupun internasional.
Supardi, Ketua DPRD Sumatera Barat, yang menginisiasi kegiatan ini, menyebutkan bahwa ini adalah impian dari sebuah kota kecil bernama Payakumbuh.
Festival ini merupakan satu-satunya acara yang digelar di Indonesia pada tahun 2023 dalam rangka peringatan 20 tahun ICH.
Gubernur Sumbar Mahyeldi menyatakan bahwa Festival Budaya tak Benda memiliki nilai strategis karena akan mendorong dan memotivasi masyarakat untuk melestarikan kebudayaan di Sumatera Barat.
Ia juga mengingatkan bahwa meskipun Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi telah mencatat ribuan Warisan Budaya Takbenda, termasuk 96 di Provinsi Sumatera Barat, pengakuan internasional terhadap WBTB masih perlu ditingkatkan.
Terakhir, Mahyeldi menekankan bahwa masih banyak warisan budaya di Sumatera Barat yang belum terungkap. Ia berharap kegiatan ini dapat mengangkat semua warisan kebudayaan di Minangkabau dan mengajak semua pihak untuk berpartisipasi dalam melestarikannya.
(Ton)