TOPSUMBAR – Dataran tinggi di Sumatera Barat menyimpan berbagai warisan kuliner. Di antara ragam kekayaan tersebut, ada satu yang mencuri perhatian, yaitu “Dadiah”.
Berada di kawasan segitiga Agam-Tanah Datar-Lima Puluah Koto, atau yang lebih dikenal dengan ‘Luhak Nan Tigo’.
Wilayah ini menjadi pusat perbendaharaan racikan rempah-rempah dan teknik pengolahan makanan Minang.
Daerah ini, selain dikenal dengan keindahan alamnya, juga menjadi pusat tradisi kuliner Minangkabau.
Banyak yang percaya bahwa inilah kiblat kuliner Minang. Di tengah kekayaan tersebut, Dadiah menonjol sebagai produk fermentasi susu tradisional asal kota Bukittinggi.
Keberadaannya bukan hanya di pusat kota, tetapi juga diproduksi di kampung-kampung, seperti di kawasan Ngarai Sianok.
Mengenal Lebih Dekat Dadiah
Dadiah adalah susu kerbau yang difermentasi secara alami dalam buluh atau ruas batang bambu.
Ibu Sijus, salah satu pedagang dadiah, menyebutkan bahwa untuk membuat dadiah sebanyak 20 batang bambu, diperlukan susu dari 3 ekor kerbau.
Fermentasi ini membutuhkan waktu minimal satu hari, namun yang sering ditemui di pasaran adalah dadiah berumur dua hari.
Hasil fermentasi ini menghasilkan tekstur krim yang padat, lembut, dengan rasa asam yang khas.