oleh : Adpi Gunawan
Pada tanggal 7 sampai dengan 11 September 2023 dilaksanakan Konferensi Internasional tentang Geopark Global UNESCO di Maroko.
Kabupaten Sijunjung mendapat kehormatan sebagai salahsatu daerah mewakili Indonesia yang mengirim delegasi pada pertemuan tersebut dengan mengutus Badan Pengelola (BP) Geopark Silokek.
Memperkaya khasanah tentang UNESCO Global Geopark (UGGp), berikut pembahasannya yang disadur dari opini Bonataon Maruli di mediaindonesia.com dengan sedikit penyuntingan.
UNESCO Global Geopark (UGGp) adalah wilayah geografis tunggal dan terpadu di mana situs dan lanskap penting geologis internasional dikelola dengan konsep holistik, baik dalam hal perlindungan, pendidikan, maupun pembangunan berkelanjutan.
Pendekatan dari bawah ke atas yang menggabungkan konservasi dengan pembangunan berkelanjutan dan pelibatan masyarakat lokal menjadi model pembangunan yang semakin populer.
UGGp bertujuan melestarikan warisan geologi sambil mempromosikan pembangunan berkelanjutan bagi masyarakat lokal.
Saat ini terdapat 195 UGGp yang tersebar di 48 negara di seluruh dunia. Benua Afrika amat tertinggal dalam membangun geopark meskipun potensinya sangat besar. Hanya ada dua geopark yang berada di sana.
Sebaliknya, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) memiliki UGGp terbanyak di dunia, yakni sebanyak 41 taman bumi. Sejak awal abad ke-21, berdasarkan kekayaan situs warisan geologis dan pengalaman dengan konservasi mereka, RRT secara formal menyetujui pembentukan 44 geopark nasional, yang distribusi dan karakteristiknya didominasi oleh pengaturan struktural dan neotektonisme.
Melestarikan dan mengembangkan situs geopark telah menghasilkan sosial, ekonomi yang menguntungkan dan manfaat lingkungan, juga menciptakan iklim yang positif bagi dimasukkannya mereka dalam jaringan geopark dunia di bawah naungan UNESCO.
UGGp menggunakan warisan geologisnya, sehubungan dengan semua aspek lain dari warisan alam dan budaya kawasan tersebut, untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang isu-isu utama yang dihadapi masyarakat, seperti penggunaan sumber daya bumi kita secara berkelanjutan, mitigasi dampak perubahan iklim, dan pengurangan risiko terkait bencana alam.
UGGp tidak hanya berfokus pada geologi. UGGp harus mendemonstrasikan warisan geologi yang memiliki signifikansi internasional.
Tujuan dari UGGp ialah untuk mengeksplorasi, mengembangkan, dan menghubungkan warisan geologi tersebut dengan semua aspek lain dari warisan alam, budaya, dan tak benda (intangible heritages) di kawasan tersebut.
Pasca putusan sidang tahunan UNESCO di Paris, Prancis, Mei 2023 lalu, maka 10 geopark di Indonesia masuk dalam daftar UGGp.
Sebelumnya yang sudah ditetapkan ialah Geopark Batur (Bali), Belitong (Bangka Belitung), Ciletuh-Palabuhanratu (Jawa Barat), Gunung Sewu (Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur), Rinjani-Lombok (Nusa Tenggara Barat), Kaldera Toba (Sumatra Utara), Raja Ampat (Papua Barat) dan Maros Pangkep (Sulawesi Selatan).
Geopark Merangin Jambi (Jambi) dan Ijen (Jawa Timur) menjadi yang teranyar ditetapkan sebagai UGGp.
Pengarusutamaan pembangunan berbasis geopark Agenda pembangunan nasional jangka menengah 2020-2024 penting dan menjadi fondasi dalam pencapaian Visi 2045 menuju negara berpendapatan tinggi dan salah satu negara dengan perekonomian terbesar dunia.
Pemerintah telah mempersiapkan rancang bangun dengan menetapkan tiga sektor unggulan sebagai sumber dalam mendorong dan menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu 1) industri pengolahan, 2) pariwisata, serta 3) ekonomi kreatif dan digital.
Terkait destinasi pariwisata yang akan dikembangkan mencakup 16 taman bumi yang diharapkan pada 2024 dapat berjumlah 12 sebagai global geopark secara kumulatif.
Di Pulau Kalimantan sendiri, misalnya, hanya terdapat 1 geopark berstatus nasional, yaitu Geopark Pegunungan Meratus yang berada tepatnya di Kalimantan Selatan.
Geopark ini menyimpan sejuta keindahan alam dan kekayaan alami seperti air terjun, air panas, berbagai bentang alam, karst, hingga kehadiran mineral khas yang mungkin tidak ditemukan di tempat lain.
Secara keseluruhan, masih banyak geopark nasional yang harus didorong percepatannya, seperti Tambora (NTB), Natuna (Kepulauan Riau), dan lain-lain.
Tujuan utama dari akselerasi geopark berstatus nasional untuk naik kelas menuju internasional ialah meningkatkan kesadaran akan warisan geologis, mendorong perlindungan dan konservasi, mempromosikan pemahaman di tingkat pemerintah dan akademik, serta mendukung inisiatif berbasis masyarakat dalam mendorong dampak ekonomi.
Riset empirik oleh Lee & Jayakumar (2021) terhadap tiga UGGp di Asia, yakni Itoigawa (Jepang), Jeju Island (Korea Selatan), dan Dong Van Karst Plateau (Vietnam), memberikan bukti bahwa penunjukan UGGp menghidupkan kegiatan ekonomi oleh masyarakat lokal dan membawa lebih banyak pengunjung ke daerah.
Status UGGp menjadi citra yang berharga, dan masyarakat lokal dapat memanfaatkan citra tersebut sebagai strategi pemasaran sekaligus berkreasi.
Beberapa hal perlu didorong dalam rangka mendorong percepatan (quick wins) geopark nasional menuju UGGp. Pertama, penguatan dasar-dasar konsep UGGp, baik dari sisi pemahaman, keistimewaan, perbedaan dari penunjukan situs lain, hingga bagaimana mereka diciptakan.
Kedua, pentingnya warisan geologis dan kebutuhan untuk menghubungkannya dengan warisan alam serta warisan budaya berwujud dan tidak berwujud.
Ketiga, pemerintah dan organisasi terkait berperan dalam perlindungan dan konservasi geoheritage melalui program prioritas nasional.
Keempat, memastikan bahwa konsep UGGp dipahami dengan baik di tingkat pemerintah dan akademisi untuk mendukung inisiatif pertumbuhan berbasis masyarakat dan memberikan pembangunan ekonomi baru yang berkelanjutan yang diperlukan oleh penduduk lokal.
Kelima, identifikasi dan diskusi tentang kekuatan serta kelemahan, juga peluang dan ancaman potensial yang ditimbulkan oleh situasi saat ini di geopark nasional.
Oleh karena itu, perlu dikaji lebih lanjut apa potensi, tantangan, dan inisiatif kontekstualnya. Dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya warisan geologi kawasan dalam sejarah dan masyarakat saat ini, UGGp memberikan rasa bangga kepada masyarakat setempat dan memperkuat kepedulian mereka.
Penciptaan wirausaha lokal yang inovatif, pekerjaan baru, dan kursus pelatihan berkualitas tinggi dirangsang karena sumber pendapatan baru dihasilkan melalui geowisata, sementara sumber daya geologis daerah tersebut dilindungi.
UGGp diharapkan menjadi paradigma terkini pendorong pembangunan yang berkelanjutan. ***