Tarian Pasambahan mengajarkan pentingnya menjaga hati yang bersih dan niat yang jernih saat menyambut tamu. Tamu dianggap sebagai orang yang perlu dilayani agar merasa senang selama berkunjung. Prinsip “pai tampak muko, pulang tampak pungguang” juga tercermin dalam tarian ini, menekankan pentingnya memberikan penghormatan dan kesopanan kepada tamu.
Dengan filosofi yang kaya ini, Seni Tari Pasambahan bukan hanya pertunjukan tarian semata, melainkan juga ekspresi mendalam tentang nilai-nilai budaya Minangkabau yang dipenuhi dengan keramahan, kehormatan, dan kesucian hati.
4. Tari Payung
Tari Payung adalah salah satu tarian tradisional yang kaya akan sejarah dan makna dalam budaya Minangkabau. Artikel ini akan menjelaskan sejarah tari payung, makna dan filosofinya, serta komponen penting yang terlibat dalam penampilan tarian ini.
Sejarah Tari Payung
Asal usul tari payung tidak dapat dipastikan dengan pasti, tetapi terdapat catatan sejarah yang mengungkapkan perkembangannya. Sejarah ini terkait dengan seni drama pada masa penjajahan Belanda, yang dikenal sebagai “toonel” Drama ini memengaruhi kelompok seniman dari Semenanjung Malaya.
Dalam pertunjukan toonel, tarian payung digunakan sebagai bagian dari kesenian pelengkap. Pada awalnya, tarian ini hanya berfungsi sebagai hiburan selingan dalam drama. Namun, pada tahun 1920-an, tari payung mulai terkenal dan mendapatkan penerimaan positif dari masyarakat Bukittinggi.
Tarian ini mulai dikelola lebih serius oleh Muhammad Rasyid Manggis dan kemudian Siti Agam, seorang teman seangkatan Rasyid Manggis. Mereka menata ulang tari payung dan mengembangkannya dengan menggambarkan kehidupan remaja yang lepas dari aturan adat.
Siti Agam bahkan membentuk Serikat Kaum Ibu Sumatera pada tahun 1924 untuk mendorong peran perempuan dalam seni, termasuk drama toonel.
Makna dan Filosofi Tari Payung
Tari Payung menggambarkan cerita cinta dan kasih sayang. Properti utamanya adalah payung dan selendang, yang memiliki makna simbolis dalam tarian ini:
- Payung yang digunakan oleh penari pria melambangkan perlindungan suami terhadap istri dalam hubungan pernikahan. Penari pria akan melakukan gerakan memayungi penari wanita, menunjukkan peran pelindung suami.
- Selendang yang dikenakan oleh penari wanita menggambarkan ikatan cinta yang suci dan kesetiaan. Selendang juga melambangkan kesiapan seseorang dalam membangun rumah tangga. Penari wanita akan mengalungkan selendangnya di leher penari pria, menciptakan tarian yang indah.
- Tarian Payung selalu diiringi lagu “Babendi-bendi ke Sungai Tanang,” yang mengisahkan tentang pasangan suami-istri yang sedang berlibur di Sungai Tanang.
Pola Lantai Tari Payung
Pola lantai dalam tari payung tidak terlalu rumit, tetapi perlu menjaga agar penari pria dan wanita tidak bertabrakan selama penampilan. Pola lantai harus luas karena melibatkan banyak penari, biasanya dalam jumlah genap, yang berpasangan.
Struktur Gerak Tari Payung
Tari Payung memiliki struktur gerakan yang khas Minangkabau. Gerakannya cenderung lembut, tetapi memiliki kekuatan dan ketajaman.
Gerakan penari seringkali serentak, menciptakan kesan ketertiban dan harmoni dalam penampilan. Gerakan ini mencakup elemen-elemen seperti gerakan pencak silat, tarian khas Melayu, seperti Lenggak, joget, dan Lenggok.