Ciri Khas Tari Indang
Tari Indang memiliki pola gerakan yang khas. Biasanya, para penari membentuk satu barisan lurus atau mengadopsi pola-pola lain seperti V, melingkar, zig-zag, atau berpasangan. Pola gerakan ini melambangkan ajaran-ajaran agama Islam.
Contohnya, gestur dua kelompok yang menari menggerakkan tangan, kemudian menjentikkan jarinya sebagai bentuk pujian kepada Allah SWT.
Dalam hal kostum, penari Indang mengenakan busana Adat Minang atau Melayu, termasuk hiasan kepala, baju longgar, celana longgar hitam, dan sarung khas Minang.
Mereka juga membawa properti seperti gendang Kecil (Rebana) atau tepukan tangan yang digunakan sebagai alat musik pengiring. Lagu khas Minang, “Dindin Badindin,” sering mengiringi penampilan Tari Indang.
3. Tari Pasambahan
Dilansir dari anakui.com, Seni Tari Pasambahan, sebuah warisan budaya dari Minangkabau, Sumatera Barat, mengusung filosofi yang mendalam dalam setiap gerakannya. Tarian ini sering dipentaskan pada acara adat, pernikahan, atau saat menyambut tamu penting.
Namun, di balik penampilannya yang memukau, Tari Pasambahan juga mengandung pesan-pesan yang mencerminkan kehormatan dan kesucian hati.
Tarian ini dibawakan oleh tiga kelompok penari yang saling melengkapi. Pertama, penari pria mempersembahkan gerakan silat tradisional, yang disebut sebagai “galombang pasambahan.” Gerakan ini mencerminkan peran prajurit Silat sebagai penjaga nagari (negeri).
Kemudian, penari wanita tampil dengan gerakan gemulai, namun tegas dan halus, mengikuti alunan musik talempong, gandang, dan tansa. Mengenakan busana tradisional Minang yang indah, seperti kain sarung dan hiasan kepala yang khas.
Tarian Pasambahan memiliki momen khusus saat pembawa carano, yang membawa sirih, pinang, sadah, dan perlengkapan lainnya, mengundang tamu kehormatan untuk memakan sirih. Sirih dalam tarian ini adalah simbol persaudaraan di Minangkabau, dan makanannya mencerminkan sambutan hangat kepada para tamu.
Pemberian daun sirih kepada tamu menandakan bahwa mereka dihormati dan diterima dengan baik. Pinang juga memiliki makna persaudaraan, dan ketika seorang tamu makan sirih, ini mengindikasikan bahwa kedatangannya disambut dengan tulus.