Syekh Muhammad Jamil Jambek, Pelopor Pembaharuan Islam dari Minangkabau

Syekh Muhammad Jamil Jambek, Pelopor Pembaharuan Islam dari Minangkabau. (Foto : Topsumbar.co.id)
Syekh Muhammad Jamil Jambek, Pelopor Pembaharuan Islam dari Minangkabau. (Foto : Topsumbar.co.id)

Perintis Dakwah Tablig dan Ilmu Falaq

Ketika Syekh Muhammad Jambek kembali dari Mekkah pada tahun 1903, ia mulai mengamalkan ilmunya secara langsung kepada masyarakat mengenai ketauhidan dan juga mengaji.

Setelah beberapa lama, Syekh Muhammad Jambek berpikir melakukan kegiatan alternatif. Hingga kemudian dia mendirikan dua buah surau, yakni Surau Tengah Sawah dan Surau Kamang. Keduanya dikenal sebagai Surau Inyik Jambek.

Dikutip dari situs wikipedia.org, Syekh Muhammad Jambek adalah ulama yang pertama kali memperkenalkan cara bertablig di muka umum, menggantikan Barzanji dan puji-pujian yang biasanya dibacakan di surau-surau saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan tablig yang menceritakan riwayat lahir Nabi Muhammad dalam bahasa Melayu.

Bacaan Lainnya

Perubahan yang dibawa Syeikh Jamil Jambek tak hanya dalam cara mengajar namun juga dalam hal pemanfaatan ilmu pengetahuan umum untuk kepentingan Islam dan kaum Muslim.

BACA JUGA : 9 Destinasi Geopark Sumatera Barat yang Memukau dan Tak Boleh Dilewatkan

Ia sendiri telah membuktikannya dengan menguasai ilmu falak. Bahkan, Syeikh Jamil Jambek telah menyusun jadwal waktu shalat. Tak sekadar itu, ia juga telah menerbitkan Imsyakiah Ramadhan pada tahun 1911. Inilah imsyakiah pertama yang beredar di Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, Syekh Muhammad Jambek mulai tidak tertarik lagi dengan ilmu tarekat. Pada awal tahun 1905, ketika diadakan pertemuan ulama guna membahas keabsahan tarekat yang berlangsung di Bukit Surungan, Padang Panjang, Syekh Muhammad Jambek berada di pihak yang menentang tarekat. Dia “berhadapan” dengan Syekh Bayang dan Haji Abbas yang membela tarekat.

Ia mulai menulis buku mengenai kritik terhadap tarekat yang berjudul “Penerangan Tentang Asal Usul Thariqatu al-Naksyabandiyyah dan Segala yang Berhubungan dengan Dia” yang diilhami dari pertemuan ulama guna membahas keabsahan tarekat di Bukit Surungan, Padang panjang. Saat itu Syeikh Jamil secara terbuka menyampailkan kritiknya soal tarekat.

Buku ini, terdiri atas dua jilid. Salah satu penjelasan dalam buku ini kenyatakan bahwa tarekat Naksyabandiyyah diciptakan oleh orang dari Persia dan India. Syeikh Jamil Jambek menyebut orang-orang dari kedua negeri itu penuh takhayul dan khurafat yang makin lama makin jauh dari ajaran Islam.

Pos terkait