Kajian Jumat Oleh : Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M. Kn
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Kaum muslimin rahimakumullah
Pembaca TOP SUMBAR yang dirahmati Alloh SWT
Marilah kita bersyukur kepada Alloh dalam setiap urusan, dengan mengawali setiap urusan yang baik dengan bismillah dan menyudahi dengan mengucapkan Alhamdulillah.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan ucapan مُحَمَّدٍ آلِ وَعَلٰى مُحَمَّدٍ عَلٰى صَلِّ للَّهُمَّ “Ya Allah, berikanlah rahmat-Mu kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad”.
Maraknya arus peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW disetiap tahun khususnya pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal merupakan suatu hal yang perlu menjadi perhatian umat Islam, karena jika salah dalam memperingati hari lahir, dapat menjadi dosa bukan pahala artinya bukan suatu kebajikan tetapi suatu dosa.
Secara etimologi, istilah “maulid” berasal dari bahasa Arab w-l-d yang berarti “kelahiran”.
Maulid nabi bukanlah peringatan hari lahir seperti ULANG TAHUN yang lazim dilakukan sehingga bermunculan SELAMAT MAULID NABI MUHAMMAD SAW.
Padahal Rasulullah SEMASA HIDUPNYA TIDAK PERNAH MERAYAKAN HARI LAHIRNYA DAN HARI LAHIR IBU, ISTERI DAN SAHABAT TERMASUK MERAYAKAN HARI PERKAWINAN DAN ANEKA PERINGATAN HARI DEMI HARI YANG AKHIR AKHIR INI bermunculan UNTUK DIPERINGATI.
Bahkan hari MUSIBAHPUN sudah ditetapkan untuk dperingati seperti peringatan tragedi tertentu atau seperti peringatan tsunami dll.
Kecenderungan ini apakah berbahaya untuk aqidah dan keimanan atau menguntungkan?
Maka pada kajian kali ini kita akan membahasnya menurut pandangan islam.
KELUARGA NABI MUHAMMAD SAW
Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada hari SENIN, tanggal 12 Rabiul Awal 571 M, di Mekah pada tahun Gajah.
Nabi Muhammad SAW
adalah anak dari Abdullah bin Abdul Muthalib seorang pemimpin suku qurays yang dihormati kaumnya.
Abdullah bin Abdul Muthalib berprofesi sebagai PEDAGANG meninggal dunia pada usia kandungan isterinya Aminah binti Wahab
2 bulan.
Aminah binti Wahab seorang pemimpin Bani Zuhrah dari keturunan yang mulia dan dihormati dikalangan suku qurasy yang meninggal saat nabi Muhammad SAW berusia 6 tahun.
KISAH PILU DAN KESEDIHAN NABI DIWAKTU KECIL
Pertama
Nabi Muhammad SAW adalah ANAK TUNGGAL, yang dibesarkan oleh Ibu dalam kandungan seorang diri karena ayahNya Abdullah meninggal pada usia kandungan 2 bulan, tentu bagi yang hari ini terlahir Yatim kelak akan bersama Rasulullah sebagai anak yatim.
Kedua
Ketika lahir Siti Aminah tidak memiliki AIR SUSU yang cukup, karenanya dicarikan IBU SUSU bernama Halimah binti Abi Dzuaib dari Bani Sa’ad bin Bakar dirawat sampai usia 4-5 tahun.
Ketiga
Pada usia 6 tahun ibu meninggal dan dibesarkan dalam perjalanan ziarah ke makam Abdullah dan dikuburkan di Abwa’ Madinah dan Nabi kembali ke Makkah bersama Ummu Aiman sebagai pelayan dikeluarga Nabi dan setelahnya dianggap keluarga oleh Rasulullah SAW.
Sesampai di Makkah Nabi diasuh oleh kakeknya bernama Abdul Muthalib, hanya 2 tahun bersama kakeknya pun meninggal dan Nabi tinggal bersama ABU THALIB sebagai saudara seibu dari Abdullah (paman nabi).
Maka dengan kisah sedih dan pilu Nabi Muhammad SAW sudah merasakannya dan karenanya siapa yang mengalami kehilangan Suami, kehilangan anak dan kehilangan anggota keluarga adalah Ujian kesabaran yang dialami Nabi dan jika terjadi ingatlah akan ujian yang dialami nabi jauh lebih berat semasa kecilnya dan perjuangannya.
KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW ADALAH RAHMAT BAGI SELURUH ALAM (rahmat buat bumi, langit, beserta isinya termasuk manusia seluruhnya)
لِّلْعَٰلَمِينَ رَحْمَةً إِلَّا أَرْسَلْنَٰكَ وَمَآ Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam” ( Al-Anbiya Ayat 107)
RASULULLAH MEMPERINGATI HARI LAHIRNYA DENGAN BERPUASA
Rasulullah SAW untuk memperingati hari lahirnya beliau BERPUASA PADA SETIAP HARI SENIN.
sebagaimana disebukan dalam hadist ketika ditanya para sahabat kenapa Rasulullah puasa di hari Senin? Rasulullah SAW menjawab:
ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ
Artinya: “Itu adalah hari aku dilahirkan, diangkat menjadi Nabi, dan diturunkannya kepadaku Al Quran (pertama kali),” (HR Muslim).
“Dari Abi Qotadah al-Anshori RA sesungguhnya Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa hari senin. Rasulullah SAW menjawab: “Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku”. (H.R. Muslim).
PERINGATAN MAULID ADALAH MELAKUKAN HAL-HAL IBADAH YANG MENAMBAH IMAN DAN TAQWA
Bahwa peringatan maulid Nabi melakukan hal-hal yang mengagungkan kebesaran Alloh dan Rasulullah SAW, sebagaimana Firman Alloh SWT: Artinya: “Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, sesungguhnya itu timbul dalam ketakwaan hati” (Surah Al Hajj Ayat 32).
Karena sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW kaum jahiliyah dalam KESESATAN DAN KEMURTADAN kepada Alloh SWT.
Maka dengan lahirnya nabi, kaum Jahiliyah MAKKAH mendapatkan rahmat, sebagaimana firman Alloh SWT yang Artinya: “Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin ketika Allah mengutus di tengah-tengah mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (Surah Al-Imran Ayat 164).
Maka dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW hendaklah disambut dengan SUKACITA BERIBADAH JANGAN MELAKUKAN HAL BID’AH DAN KEMUSYRIKAN.
Sebagaimana firman Alloh SWT yang artinya: “Katakanlah, dengan anugerah Allah dan rahmatNya (Nabi Muhammad SAW) hendaklah mereka menyambut dengan senang gembira” (QS.Yunus: 58).
PERINGATAN MAULID DI INDONESIA
Sering Ustadz menyampaikan hadist berbuat baik untuk menjelaskan amalan maulid yaitu ;
“Kebiasaan baik yang mendapatkan pahala adalah yang sesuai dengan sunnah, jika kebiasaan itu bertentangan akan mendapatkan dosa bersama pengikutnya.
Sebagaimana hadist: “Barang siapa yang memulai dalam Islam sebuah perkara yang baik maka ia akan mendapatkan pahala dari perbuatan baiknya itu, dan ia juga mendapatkan pahala dari orang yang mengikutinya setelahnya. Tanpa berkurang sedikitpun pahala yang mereka dapatkan” (HR. Muslim).
Apakah Maulid Nabi Kebiasaan yang baik atau sunnah?
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa Nabi Muhammad SAW memperingati hari lahirnya dengan cara BERPUASA seharusnya demikian juga Umat Nabi Muhammad maulid dengan cara BERPUASA, bagaimana dengan selain PUASA? Tentu tidak sesuai sunnah, karena Nabi hanya melakukan PUASA dihari kelahirannya.
Maka peringatan maulid selain PUASA akan menjadi TRADISI ATAU BUDAYA, dan budaya tersebut ada yang baik dan akan ada yang dilarang, karena ibadah selain puasa pada kegiatan maulid tidak ada tuntunannya tetapi adanya sebagai TRADISI dan BUDAYA ISLAM, untuk menyeleksinya apakah jadi Ibadah atau Dosa maka kembali kepada NIAT, apa niat MAULID?
Jika peringatan akan jadi TRADISI/ BUDAYA, tetapi jika ada ibadah maka tidak ada perintah IBADAH ketika maulid kecuali Nabi melakukan Puasa, dan umatnya juga hanya BERPUASA, ketika ditanya kenapa puasa? Rasulullah berpuasa dihari kelahirannya.
Tetapi apakah SETIAP TANGGAL 12 RABIUL AWAL KITA PUASA? Tentu ini suatu penafsiran, karena nabi mengambil hukum puasa SUNNAH kepada hari bukan kepada tanggal, sebab tanggal bisa berubah harinya.
PUASA SENIN ADALAH MAULID MAKA SIAPA BERPUASA HARI SENIN SUDAH MAULID, SEHINGGA UMAT NABI MUHAMMAD MAULID SETIAP HARI SENIN
“Dari Abi Qotadah al-Anshori RA sesungguhnya Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa hari senin. Rasulullah SAW menjawab: Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku” (H.R. Muslim).
LARANGAN MAULID DI ARAB SAUDI?
Menurut sumber https://umroh.com, menyebutkan bahwa Mufti Agung Arab Saudi Syekh Abdul Aziz bin Abdullah asy-Syekh menyatakan memperingati hari kelahiran Rasullah adalah perbuatan berdosa, praktek takhayul dan bertentangan dengan ajaran Islam.
Menurut beliau peringatan maulid itu adalah bid’ah mulai berkembang di tiga abad pertama kemunculan Islam, saat para sahabat dan tabi’in masih hidup.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa kenapa negara Arab Saudi melarang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, karena sebagian besar ulama Arab Saudi seperti, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, berpendapat bahwa merayakan maulid bukanlah cara yang tepat untuk menunjukkan kecintaan kita kepada Rasullah.
Berbeda halnya dengan Ahlusunnah lebih mencintai Rasullah daripada ayah dan ibu mereka dan daripada diri mereka sendiri.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz merujuk pada sabda nabi Muhammad SAW yang berbunyi:”Tidaklah (sempurna) iman salah seorang diantara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia “.
Dan perkataan Kholifah yang kedua. “Umar bin Khattab Radhiallahu ‘anhu berkata kepada Rasulullah: “ Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri“ maka Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidak, demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, (tidak benar) sampai aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri”.
Ulama-ulama Saudi juga berkeyakinan bahwa seandainya Rasulullah mengajarkan untuk merayakan maulid ini, tentu kami akan merayakannya. Akan tetepi beliau tidak mengajarkannya tidak juga dari kalangan sahabat yang pernah merayakan maulid.
KEBOLEHAN MAULID MENURUT MUFTI MESIR?
Menurut Abdul Rachman, M.H.I dalam tulisan berjudul Hukum Peringatan Maulid Nabi : Antara Yang Menentang dan Membolehkan dalam https://sumsel.kemenag.go.id menyebutkan bahwa Ulama Mesir yang tergabung dalam Dewan Fatwa Darul Al Ifta Mesir sebagai lembaga tinggi fatwa menyebutkan bahwa merayakan maulid Nabi SAW adalah amalan yang paling baik dan ibadah yang agung.
Perayaan ini merupakan ungkapan rasa gembira dan cinta kepada beliau SAW. Sementara kecintaan kepada Nabi SAW sendiri adalah fondasi keimanan.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak beriman seseorang di antara kalian sehingga menjadikan diriku lebih dicintainya daripada ayahnya, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR Bukhari).
Memperingati maulid adalah bentuk penghormatan terhadap Rasulullah, dan menghormati Rasulullah adalah amalan yang mutlak dianjurkan. Allah SWT sendiri telah melebihkan derajat Nabi Muhammad SAW kepada seluruh alam.
Maka perigatan maulid yang paling dianjurkan adalah BERPUASA, sebab dapat meningkatkan Keimanan dan Kataqwaan serta kecintaan kepada Alloh SWT dan Nabi Muhammad SAW, sementara kegiatan lain seperti taklim dan dzikir yang digelar dengan niat maulid perlu diperbaiki niat Ibadah taklim dan dzikirnya sebab ibadah taklim dan dzikir tidak ada perintahnya untuk peringatan maulid, tetapi dapat dilakukan setiap waktu dan kapan saja.
Jika Ibadah yang diada-adakan ketika Maulid termasuk penyimpangan dari Niat dan Perintah Ibadah, sebab ibadah sudah tertentu waktu dan syariatnya dalam Islam, seperti salat ada waktunya, dzikir ada waktunya, taklim ada waktunya semua niat KARENA ALLOH bukan karena peringatan maulid.
Karena amalan tergantung niat, sebagaimana dalam hadist: “Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan” (Riwayat Al Bukhori dan Muslim).
Bid’ah adalah melakukan atau melaksanakan sesuatu yang BELUM PERNAH DILAKUKAN PADA ZAMAN NABI SAW.
“Dari Jabir bin Abdullah R.A. berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya sebaik-baik perkataan yang benar adalah Kitabullah dan seutama-utamanya petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW dan sejelek-jelek perkataan adalah yang memperbaharuinya dan setiap yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap yang sesat masuk neraka”. (H.R. Ahmad, Muslim, an-Nasa’i dan Ibnu Majah).
Sehingga jangan membenarkan suatu yang baik jadi ibadah dengan alasan sebagai kebiasaan baik, karena konsekuensi hukumnya bisa membudayakan suatu bid’ah jika materinya BERIBADAH.
Bahkan Rasulullah mengungkapkan kekuatirannya sebagaimana firman Alloh: “Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan” ( Q.S. al-ahqÄf (46) : 9).
Maka mulai sekarang marilah kita maulid setiap hari Senin dengan berpuasa sunnah hari Senin sebagaimana rasulullah melakukannya setiap hari Senin, bukan setiap tanggal 12 Rabiul Awal.
Dan menghentikan materi berbuat amalan tertentu di tanggal 12 Rabiul Awal karena tanggal tersebut hanya satu kali dihari kelahiran nabi pada tahun 571 M dan tanggal 12 Rabiul Awal setelahnya tidaklah sama karena akan BERBEDA HARINYA.
Tetapi peringatan dilakukan hendaklah sesuai sunnah yaitu BERPUASA SETIAP HARI SENIN.
NUUN WALQOLAMI WAMA YASTHURUN.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
(Sukabumi, Jumat, 29 September 2023)
Penulis merupakan seorang pendakwah, dosen, penulis buku dan praktisi hukum