TOPSUMBAR – Hubungan dekat antara dua proklamator Republik Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta, dengan budaya Minangkabau merupakan bagian penting dari sejarah Indonesia yang sering kali dilupakan.
Dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh DPP PDI Perjuangan, dua putri proklamator, Ibu Megawati Soekarnoputri dan Ibu Meutia Farida Hatta, berbicara tentang kisah heroik dan persahabatan orang tua mereka yang membawa inspirasi dalam perjuangan kemerdekaan.
Hasril Chaniago, seorang intelektual asal Sumatera Barat, mengungkapkan apresiasinya terhadap PDI Perjuangan atas penyelenggaraan diskusi yang bersamaan dengan peringatan hari lahir Mohammad Hatta yang ke-119. Menurutnya, pertama kalinya dua putri proklamator hadir dalam sebuah forum yang luar biasa seperti ini, dan ini merupakan momen bersejarah bagi bangsa Indonesia.
Pentingnya hubungan antara Soekarno-Hatta dengan budaya Minangkabau tercermin dalam sebuah seminar adat dan sejarah Minangkabau pada tahun 1970. Saat itu, Bung Hatta menjadi pembicara utama dan membahas konsep siapa yang dapat disebut sebagai orang Minangkabau. Bung Hatta menjelaskan bahwa orang Minangkabau adalah seseorang yang memiliki darah keturunan Minangkabau dan menghadap kiblat.
Diskusi tersebut berkembang pesat dan menghasilkan kesimpulan bahwa seseorang dapat disebut orang Minangkabau karena pertalian darah dan pertalian adat. Konsep ini dikenal sebagai “Dunsanak,” yang berarti kerabat dalam bahasa Minangkabau. Hasril Chaniago menjelaskan bahwa pertalian adat yang kuat menjadi salah satu faktor utama yang membentuk kedekatan Bung Karno dan Bung Hatta dengan budaya Minangkabau.