TOPSUMBAR – Kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Barat (Sumbar) telah mengakibatkan kondisi darurat lingkungan. Kabut asap ini telah membuat masyarakat cemas dan berdampak serius pada kesehatan serta lingkungan.
Sumber kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Barat masih belum bisa diidentifikasi secara pasti. Namun, faktor cuaca yang kering dan angin kencang telah memperburuk situasi. Akibatnya, kualitas udara di daerah ini terus memburuk.
Pemerintah Provinsi Sumbar, melalui Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumbar, Yozarwadi, mengungkapkan bahwa Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang telah menemukan 20 titik hotspot di Sumatera Barat.
“Memang ada beberapa hotspot yang terpantau menggunakan SiPongi. Berdasarkan hasil deteksi SiPongi yang dapat merasakan panas, hotspot ini terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu hijau, kuning, dan merah. Kemarin memang ada yang terpantau kuning, dan setelah kita lakukan verifikasi ke lapangan, ternyata kuning pun juga terbakar, terutama di daerah Pesisir Selatan. Kemarin, informasinya semua sudah padam,” ujarnya saat diwawancarai usai rapat paripurna di Kantor DPRD Sumbar, Kamis 14 September 2023.
Yozarwadi menambahkan, dari 20 hotspot yang terdeteksi, yang paling banyak terdeteksi adalah yang berwarna kuning, kemudian ada 184 hotspot merah, dan sisanya hijau.
Dia juga mengungkapkan hasil identifikasi terkait penyebab kebakaran hutan di Sumatera Barat tidak signifikan dan hanya terjadi di wilayah selatan, yaitu Pesisir Selatan. Titik panas yang terdeteksi di wilayah tersebut telah padam sekitar dua atau tiga hari setelah terdeteksi.
Ia juga menyatakan perlunya konfirmasi dari BMKG untuk mengetahui tingkat kabut asap ini.
“Saya juga perlu konfirmasi terhadap BMKG terlebih dahulu untuk mengetahui sejauh mana tingkat kabut asap ini. Kami tidak dapat memastikan bahwa kebakaran ini disebabkan oleh daerah tetangga,” kemudian Yozwardi menimpali.
“Berdasarkan informasi dari daerah tetangga, di perbatasan Kabupaten Dharmasraya dengan Provinsi Jambi, memang ada terdeteksi kebakaran hutan. Namun, kami tidak tahu seberapa luasnya, dan kami tidak dapat memastikan bahwa kebakaran di daerah tetangga tersebut merupakan penyebab kabut asap yang terjadi,” sambungnya.
Di akhir wawancaranya, ia juga menyebutkan bahwa faktor penyebab kebakaran hutan ini dapat berasal dari manusia atau alam. Ternyata, sekitar 99% kebakaran ini disebabkan oleh manusia yang sengaja membakar hutan untuk membuka lahan baru. Namun, masih belum bisa dipastikan bahwa inilah penyebab dari kabut asap yang terjadi.
(Fiyu/MH)