TOPSUMBAR – Batik menjadi satu identitas bangsa Indonesia, yang membentuk ruangan pola yang menyiratkan doa dan perjuangan, warisan budaya leluhur yang terangkai hingga kini.
Ada ribuan motif batik di tanah air yang menjadi kekayaan di daerah, salah satunya di Sumatera Barat.
Canting Buana adalah sanggar batik yang salah satu tempat wisata edukasi yang berada di Padang Panjang. Dalam ruangan berukuran 2,5 x 3,5 meter persegi itu ditampilkan berbagai motif batik karya Widdiyanti.
Dua versi batik dihadirkan dalam galeri minimalis tersebut, antara lain batik sebagai karya seni dan batik sebagai bahan pakaian.
Pengusaha Batik Canting Buana Kreatif Widdiyanti yang merupakan Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang yang telah banyak menciptakan motif batik yang sudah 25 tahun berkecimpung di bidang seni tekstil.
Berbekal ilmu yang diperolehnya, ia mulai berbisnis menjual alat dan bahan membatik, menerima pesanan oleh-oleh dari wisatawan dan masyarakat, bahkan mengadakan pelatihan bagi pemula yang ingin belajar membatik.
Di antara sekian banyak motif batik yang diciptakan dosen ISI Padang Panjang itu, ada dua corak yang dipersembahkannya untuk Padang Panjang, yaitu pola batik motif “pragede jaguang” dan “roda pedati”.
Canting Buana Kreatif telah membeli tanah seluas 500m dengan status “pinjaman” untuk digunakan sebagai “pusat pelatihan” semi permanen di Padang Sarai Gang Manunggal Jl. Sultan Shahril Gang Manongar No. 69 RT X Desa Silaiang Bawah, Kecamatan Padang Panjang Barat, Padang Panjang.
Di bawah kepemimpinan Widdiyanti, Canting Buana Kreatif di Padang Panjang, Sumatera Barat, telah membangun reputasi batik dan eco-printing dalam beberapa tahun terakhir. Bukan hanya di Sumatera Barat saja tetapi melainkan se-Indonesia.
Widdiyanti mengatakan, meski Canting Buana sibuk melayani masyarakat pecinta batik print dan eco-printing, pihaknya kini terus berbenah dengan tetap fokus pada kualitas karya dengan berpedoman pada konsep dan bentuk desain budaya lokal.
Saking antusiasnya wisatawan hingga tak jarang belajar membatik langsung di Canting Buana Kreatif ini.
Widdiyanti, satu-satunya penilai batik nasional di Sumatera Barat, meyakini mengembangkan batik di Padang Panjang berarti mengembangkan potensi lain untuk menghasilkan pendapatan bagi masyarakat dan daerah.
Dalam lima tahun terakhir, banyak generasi muda usia sekolah, anggota masyarakat, Dharma Wanita, PKK, dan lain-lain yang bahkan banyak masyarakat dari provinsi tetangga yang bergabung dengan Canting Buana Kreatif untuk berlatih membatik, terutama pada hari Sabtu dan Minggu, serta hari libur lainnya.
Widdiyanti menjelaskan, beberapa kolektor batik terkadang mengikuti praktik membatik di Canting Buana Kreatif dengan bimbingan timnya.
Sebagai Assesor Nasional Batik, Widdi Yanti merasa mempunyai tanggung jawab moral, karena batik merupakan satu-satunya tradisi leluhur Indonesia yang diakui UNESCO dan masuk dalam Daftar Representative List of theIntangible Cultural Heritage of Humanity.
Dengan tersedianya lahan dan sumber daya manusia yang memadai untuk batik dan eco-printing Canting Buana Kreatif, Widdiyanti berharap pemerintah daerah dan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat baik eksekutif maupun legislatif dapat membantu untuk aktivitas kemasyarakatan dalam bidang seni kriya batik dan eco-printing, kegiatan masyarakat. Boleh jadi melalui dana Pokir dan lain sebagainya,” kata Widdiyanti tanpa merinci biaya untuk pembuatan Balai Latihan Canting Buana itu menjelaskan. (AA)