Bangunan Bersejarah, Melangkah ke Minangkabau Tempo Doeloe

Bangunan Bersejarah Sumatera Barat.(Foto:Topsumbar.co.id)
Bangunan Bersejarah Sumatera Barat. (Foto:Topsumbar.co.id)

4. Makam Syekh Burhanuddin

Terletak di Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman. Syekh Burhanuddin dikenal atas jasanya dalam menyebarkan Islam di Sumatra Barat, dan hingga kini, makamnya menjadi tujuan utama para peziarah. Salah satu tradisi setempat yang terkait dengan makam ini adalah “Basapa” atau “bersafar,” yang secara tradisional dilaksanakan pada tanggal 10 Safar.

Kegiatan Basapa, sebuah perjalanan sejarah Islam yang penting, telah menjadi bagian integral dari budaya masyarakat Pariaman, khususnya di Ulakan. Setiap tahun, setelah tanggal 10 Syafar, masyarakat Pariaman merayakan peringatan meninggalnya Syeh Burhanuddin, yang dikenal dengan sebutan Basapa.

Penamaan Basapa mengacu pada kenyataan bahwa kegiatan ini hanya dilakukan pada bulan Safar dalam Tahun Hijriah. Penentuan tanggal Basapa setelah tanggal 10 Safar berkaitan dengan hari yang diyakini sebagai tanggal wafatnya Syeikh Burhanuddin Ulakan, yaitu 10 Safar 1111 H / 1691 M.

Bacaan Lainnya

Basapa dikenal dengan dua sebutan berikut:

Sapa Gadang (Safar Besar) adalah perayaan khusus bagi masyarakat Darek dengan ribuan peziarah yang mengisi jalan-jalan di Nagari Ulakan. Meskipun ramai, semangat dan keyakinan peziarah dalam melaksanakan ritual Basapa tetap tinggi.

Sementara itu, Sapa Ketek (Safar Kecil) dilaksanakan minggu ke-2 setelah Sapa Gadang, dengan jumlah pengunjung lebih ramai karena peziarah dari Sapa Gadang melakukan ziarah kedua kalinya. Awalnya diperuntukkan bagi masyarakat Pariaman, masyarakat dari Darek juga turut serta, membuat jumlah peziarah lebih banyak daripada Sapa Gadang. (Sumber: Wikipedia Indonesia)

5. Rumah Kelahiran Bung Hatta

Rumah Kelahiran Bung Hatta terletak di Jalan Soekarno-Hatta No.37, Bukittinggi, Sumatera Barat. Tempat ini bukan sekadar rumah kelahiran Bung Hatta, tetapi juga tempat di mana beliau menghabiskan masa kecilnya hingga berusia 11 tahun. Selama masa kecilnya, Bung Hatta melanjutkan pendidikannya di Meer Uitgebred Lager Onderwijs (MULO) di kota Padang.

Rumah ini memiliki struktur kayu yang terdiri dari beberapa bagian, termasuk bangunan utama, paviliun, lumbung padi, dapur, kandang kuda, dan kolam ikan. Bangunan utama memiliki fungsi untuk menerima tamu, ruang makan keluarga, serta kamar-kamar bagi anggota keluarga Bung Hatta, seperti ibu, paman, dan kakeknya. Paviliun dijadikan sebagai kamar tidur Bung Hatta.

Meskipun rumah asli tempat kelahirannya runtuh pada tahun 1960-an, rumah ini berhasil dibangun ulang berkat gagasan Ketua Yayasan Pendidikan Bung Hatta. Pembangunan ulang dimulai pada tahun 1995 dan diresmikan pada tanggal 12 Agustus 1995, bertepatan dengan hari ulang tahun Bung Hatta dan peringatan 50 tahun Indonesia Merdeka.

Rumah ini dibangun sesuai dengan bentuk aslinya, dengan referensi dari memoar Bung Hatta dan dokumentasi keluarga. Sebagian besar perabotan di dalam rumah ini masih asli, merupakan peninggalan masa kecil Bung Hatta yang diperoleh dari keluarga dan kerabatnya. Tata letak perabotan juga dipertahankan sesuai dengan posisi semula.

Selain sebagai tokoh penting dalam sejarah Indonesia, Bung Hatta juga merupakan bagian dari delegasi Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda. Ia adalah orang pertama yang mengembangkan politik luar negeri bebas dan aktif, yang masih menjadi dasar politik luar negeri Indonesia hingga saat ini.

Bung Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902, sebagai anak kedua dari pasangan H. Muhammad Djamil dan Saleha. Keluarganya memiliki hubungan kekerabatan dengan Syech Adurrachman, yang juga dikenal sebagai Syech Batuhampar.

Masa kecil Bung Hatta di rumah ini memberikan pengaruh besar dalam pembentukan karakternya, seperti disiplin kerja, ketepatan waktu, kesederhanaan, dan kasih sayang, yang ia contohkan dari kakeknya, H. Marah atau Pak Gaek.

Pendidikan Bung Hatta dimulai dari Europese Lageree School (ELS) di Bukittinggi dan dilanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Padang serta Prins Hendrik School (PHS) di Batavia. Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya di Handels Hooge School, sekolah dagang di Rotterdam, Belanda, dari tahun 1921 hingga 1932.

Pos terkait