TOPSUMBAR – Bangunan bersejarah, adalah jendela menuju masa lalu, kunci untuk memahami akar budaya Minangkabau, dan penjaga cerita-cerita lama yang patut untuk dihargai.
Di Provinsi Sumatera Barat, keberadaan bangunan bersejarah menjadi bukti nyata perjalanan panjang provinsi yang penuh dengan keindahan alam ini.
Kali ini, Topsumbar akan membawa Topers menuju perjalanan yang memukau melalui bangunan-bangunan bersejarah yang berdiri gagah di Ranah Minang.
Dimulai dari megahnya istana kerajaan yang masih memancarkan kejayaan, hingga kunjungan ke rumah kelahiran sang Pahlawan Proklamator. Bung Hatta.
Inilah 5 daftar bangunan bersejarah versi Topsumbar, dikutip dari kanal resmi Universitas Islam An Nur Lampung, an-nur.ac.id.
1. Istano Silinduang Bulan
Bersumber dari Wikipedia Indonesia, Kunjungan pertama adalah dengan menjelajahi Istan Silinduang Bulan, juga dikenal dengan nama Istana Silindung Bulan, merupakan bagian tak terpisahkan dari kompleks istana kerajaan Pagaruyuang di Sumatera Barat.
Bangunan bersejarah ini memiliki peranan penting dalam merekam sejarah dan budaya Minangkabau, dimana pada zaman kerajaan untuk pertemuan dan acara penting.
Sejarah
Istana Silinduang Bulan ini pernah dipindahkan dari Ulak Tanjuang Bungo ke Balai Janggo pada tahun 1550, oleh Raja Gamuyang Sultan Bakilap Alam, yang juga seorang Raja Adat dan Raja Ibadat Pagaruyung.
Tahun ini juga menandai pengenalan secara resmi hukum syariat Islam di seluruh kerajaan Pagaruyung, menggantikan hukum-hukum yang berakar dari agama Buddha Tantrayana.
Keunikan arsitektur Istana Silinduang Bulan mencerminkan gaya tradisional Minangkabau yang menakjubkan. Istana ini lebih dari sekadar bangunan bersejarah, yang mana pada masa penjajahan Belanda, istana ini digunakan sebagai tempat penahanan masyarakat lokal oleh para kolonial.
Meskipun tidak lagi digunakan sebagai kediaman kerajaan, kehadriannya tetap menjadi penanda bersejarah dari masa lalu yang penuh keagungan di Sumatera Barat.
Rentetan Kebakaran
Sejarah istana ini juga diwarnai dengan serangkaian kebakaran yang menimbulkan kerusakan besar. Pada tahun 1821, istana ini terbakar saat meletusnya Perang Padri, kemudian tahun 1869 istana ini dibangun kembali oleh ang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu, akan tetapi musibah kebakaran kembali terjadi pada tahun 1961, yang mana kebakaran ini pernah diakibatkan oleh Partai Komunis Indonesia.