3. Sepak Tekong
Sepak Tekong berasal dari bahasa Minang jika di dalam bahasa Indonesia Sepak berarti sepak-menyepak, sedangkan pengertian Tekong adalah kaleng, jika tidak ada kaleng bisa diganti dengan tempurung kelapa yang penting benda tersebut mengeluarkan bunyi saat disepak dan tidak mudah terbawa angin.
Permainan ini banyak dimainkan oleh anak-anak berusia mulai dari 7-8 tahun dan jumlah pemain di permainan ini diantara 5-10 orang, dilakukan di halaman rumah yang memiliki tempat persembunyian.
Dalam memainkan permainan ini sebelum dimulai para pemain melakukan hompimpa untuk mendapatkan siapa yang akan menjaga tekongnya, setelah itu yang menjaga tekong harus duduk di atas tekong sambil menutup mata untuk membiarkan pemain lainya untuk bersembunyi.
Jika pemain sudah meneriakkan “siap” maka pencari akan membuka matanya dan mulai mencari, apabila pencari menemukan pemain yang bersembunyi mereka harus berlari kearah tekong pencari yang duluan menyentuh tekong maka pemain yang ditemukan tadi akan menjadi pencari selanjutnya, jika pemain yang duluan sampai ke tekong maka pemain tersebut akan menendang tekong sejauh-jauhnya agar pada saat pencari mengembalikan tekong ke tempat semula pemain bisa bersembunyi lagi.
4. Sepak Rago
Permainan tradisional asli Sumatera Barat ini merupakan permainan tradisional yang biasa dimainkan pada upacara anak nagari dan dimainkan oleh pemain yang berjumlah 9 orang, peralatan yang digunakan untuk bermain Sepak Rago adalah bola yang terbuat dari anyaman rotan memiliki ukuran diameter 15 cm dan lapangan terbuka dengan membuat lingkaran yang garis tengahnya berukuran 4,5 m dan kemudian dibagi menjadi 9 bagian dengan memberi tanda agar pemain mengetahui dimana dia akan berdiri.
Pada zaman dahulu permainan sepak rago dimainkan oleh para pemuda di kampung sebagai sara untuk mengisi waktu di sore hari dan sebagai sarana hiburan juga bagi para pemuda, tidak ada penilaian yang tetap dalam permainan ini tetapi hanya ada penilaian terhadap kemahiran pemain dalam memainkan bola supaya tidak jatuh ke tanah. Permainan ini sekarang masih banyak dijumpai di daerah kota Padang dan daerah lain di Sumatera Barat.
5. Badia Batuang
Permainan tradisional yang terbuat dari bambu yang berdiameter luar sekitar 15cm, ketebalan bambu 1-1,5cm dan memiliki panjang sekitae 4-5 ruas bambu tergantung jarak antara ruas bambu nya. Bambu yang dipilih biasanya bambu yang tidak terlalu tua atau muda karena takut bambu bisa pecah karena ledakan nya, Badia Batuang biasa dimainkan oleh anak-anak yang berusia 8-13 tahun. Badia Batuang memiliki bentuk yang mirip dengan meriam, begitu juga bunyinya, cara mengoperasikan badia batuang adalah dengan membolongi bagian bawah dan dimasukan sobekan kain ditambah dengan memasukkan minyak tanah secukupnya.
Biasanya Badia Batuang ini hanya dibuat pada bulan Ramadhan dan sangat ditunggu oleh anak-anak, pada bulan Ramadhan anak-anak menggunakan badia batuang sebagai media untuk membangunkan masyarakat sebelum sahur karena bunyinya yang keras dan dimainkan setelah sholat tarawih di masjid.
Anak-anak yang memainkan badia batuang ini harus hati-hati karena api bisa saja menyambar melalui lubang kecil yang dibuat di bawah dan dapat membakar alis dan bulu mata.