TOPSUMBAR – Setelah memenangkan juara II sayembara novel yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Hasbunallah Haris kembali meneroka jalan dunia kepenulisannya yang baru seumur jagung. Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang itu memaparkan bagaimana perjuangannya saat pertama kali berkecimpung di dunia kepenulisan sejak sebelum pandemi Covid-19.
“Banyak koran yang saya kirimi surel di tahun 2020 berisikan naskah cerpen saya, sebab katanya kalau menerbitkan cerpen di koran penulisnya akan dibayar. Tapi tak satupun yang merespon atau menerbitkan, alias naskah saya ditolak,” ujar Haris mulai menceritakan kisahnya.
“Akhirnya setelah menunggu dan tak ada perkembangan. Saya mulai mencari kontak wa, tidak kirim ke surel lagi. Dan kebanyakan hasilnya sama, chat saya hanya di read saja bahkan tak sedikit yang hanya ceklis dua. Berminggu-minggu setelah itu saya bertemu dengan kontak kak Siti Rahmadani Hanifah, beliau ternyata pimpinan redaksi salah-satu koran online di Sumbar. Setelah naskah saya kirim, beberapa waktu kemudian beliau menerbitkannya dan menawarkan untuk mengisi kolom sastra secara tetap.
“Anak kuliahan yang butuh uang tentu saja senang dengan tawaran itu. Apalagi pekerjaannya tidak berat, hanya menyediakan satu naskah cerpen atau puisi sekali seminggu dan dibayar 500 ribu sebulan, plus dipinjamkan laptop dari kantor. Bahkan saya masih ingat judul cerpen pertama saya yang terbit itu judulnya Surat Kematian.
“Awal kerja itu di akhir 2020, saat itu ada acara HUT Top Sumbar di D’dhave Hotel, Padang. Itu juga kali pertama saya menginap di hotel, merasakan masakan hotel, bahkan kak Hani (demikian saya biasa memanggil beliau) meminta untuk jadi MC sekaligus voice over di Top Sumbar TV, karena saat HUT ke-5 itu juga sekaligus launching TV.”