TOPSUMBAR – Plt Direktur Kurikulum Sarana Kelembagaan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Kementerian Agama RI, Muchamad Sidik Sisdiyanto meyakini Perguruan Thawalib Padang Panjang sebagai lembaga Pendidikan pesantren tertua di Sumatera Barat akan dapat meraih kejayaan kembali.
Menurut dia, Thawalib Padang Panjang memiliki akar sejarah pesantren yang kuat dengan tokoh-tokohnya serta alumninya begitu banyak.
“Nama Thawalib Padang Panjang sudah meleganda dan merupakan pesantren tertua. Dengan komitmen dan konsisten dalam pengelolaan pesantren insya Allah akan bisa menjemput kembali kejayaan sebagaimana pada zaman dulu,” kata Muchamad Sidik Sisdiyanto ketika berkunjung ke Perguruan Thawalib Padang Panjang, Sabtu, 27 Agustus 2023.
Dilansir dari keterangan tertulis Sekretaris Yayasan Thawalib Padang Panjang, Irwan Natsir diterima Topsumbar.co.id, Senin, 28 Agustus 2023, Muchamad Sidik mengatakan, kunjunganya ke Perguruan Thawalib baru pertama kali setelah menjabat Plt KSKK Madrasah Kemenag.
“Saya baru minggu lalu ditunjuk sebagai Plt KSKK Madrasah dan ingin sekali berkunjung ke Perguruan Thawalib karena pesantren ini sudah dikenal,” ujarnya.
Dalam kesempatan kunjungan tersebut, Muchamad Sidik juga memberikan materi dalam rapat kerja Yayasan Thawalib yang dihadiri oleh seluruh unsur Yayasan Thawalib dan para pimpinan unit sekolah MTs Thawalib dan KUI Putra/Putri.
Menurut Muchamad Sidik,
dengan latar belakang pendirian Thawalib Padang Panjang tahun 1911 oleh para alim ulama Minangkabau dan kiprahnya telah terbukti selama ini melahirkan banyak alumni di berbagai daerah di Indonesia, ini merupakan modal dalam mengembalikan kejayaan Thawalib Padang Panjang.
“Setelah saya membaca sejarah Thawalib Padang Panjang serta bagaimana kiprahnya selama ini, maka saya berkeyakinan dan optimis Thawalib Padang Panjang bisa merebut kejayaannya kembali,” kata Muchamad Sidik.
Terhadap langkah langkah dalam pengelolaan pesantren dewasa ini, Muchamad Sidik memberikan input upaya-upaya yang harus menjadi perhatian bagi pengelola Thawalib Padang Panjang. Yakni diperlukan leadership atau kepemimpinan yang kuat, sumber daya manusia yang handal serta komitmen dan konsisten atas tujuan yang hendak dicapai.
“Apa yang menjadi tujuan dari Thawalib Padang Panjang harus konsisten dan komitmen bersama sama dalam mewujudkannya,” jelasnya.
Untuk itu, sebut Muchamad Sidik diperlukan team work yang kuat dan salingh bersinergi dalam pengelolaan pesantren.
Selanjutnya, dibutuhkan jejaring atau network dengan mengoptimalkannya sebagai bagian kekuatan dalam pengembangan pesantren.
“Network bagi pesantren haruslah dibangun dan diperkuat. Sebab dengan adanya network memudahkan bagi pesantren termasuk Thawalib Padang Panjang dalam mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu network tersebut adalah memanfaatkan potensi alumni yang sudah ada dan itu jelas jumlahnya banyak dan tersebar,” kata Muchamad Sidik.
Langkah lain yang harus menjadi perhatian, kata Muchamad Sidik adalah berkolaborasi dengan berbagai pihak. Sebab, dengan melakukan langkah kolaborasi tersebut juga memudahkan untuk saling mengisi, saling berbagi untuk mencapai kemajuan.
“Langkah kolaborasi merupakan upaya positif untuk mewujudkan kemajuan bagi pesantren seperti Thawalib Padang Panjang,” ujarnya.
Tips lain yang disampaikannya adalah melakukan langkah inovasi dengan target yang terukur dan berpikir ke depan.
“Agar pesantren tetap eksis dan maju maka selakin melakukan inovasi juga para pengelola, para guru atau tenaga pendidiknya berpikir maju ke depan,” ucapnya.
Dalam kunjungan pertama ke kota Padang Panjang, Muchamad Sidik melihat langsung bagaimana kompleks Thawalib Padang Panjang di kampus putra dan kampus putri. Kemudian juga meninjau langsung kampus Madrasah Ibtidaiyah Unggul Terpadu (MIUT) Thawalib yang memiliki murid sebanyak 580 orang.
Muchamad Sidik mengaku sangat terkesan dengan Thawalib Padang Panjang yang didirikan para alim ulama seperti Syekh Abdul Karim Amrulah (ayah dari Buya Hamka) dan dilanjutkan dengan alim ulama lainnya seperti Tuanku Mudo Abdul Hamid Hakim, Buya Datuk Palimo Kayo, Buya Mawardi Muhammad dan lainnya.
(AL)