TOPSUMBAR – Suntiang merupakan perhiasan kepala bertingkat berwarna keemasan yang sering di pakai perempuan Minangkabau saat pesta pernikahan. Suntiang melambangkan beratnya tanggung jawab yang akan diemban seorang perempuan setelah menikah.
Hiasan ini berbentuk setengah lingkaran terdiri dari susunan ornamen bermotif flora dan fauna seperti bentuk bunga mawar, buruk merak, pisang, ikan dan kupu-kupu. Terbuat dari bahan-bahan berkualitas tinggi seperti emas, perak dan permata. Berat suntiang berkisar 3,5 sampai 5 kg.
Tidak hanya perempuan Minang saja yang menggunakan suntiang atau pakaian adat minang lainnya saat pernikahannya, akan tetapi banyak perempuan di luar minang yang juga menjadikan suntiang sebagai hiasan kepala saat pesta.
Berbeda dengan pengantin perempuan minang pada umumnya Shanty di China, perempuan asal Padang, Sumatera Barat yang menikah dengan pria berkebangsaan China, pada saat menikah ia dan suami ternyata tidak menggunakan pakaian adat minang.
Impian Shanty memakai pakaian adat Minang terwujudkan, setelah pulang ke tanah air beberapa waktu lalu, Shanty dan suami serta anak laki-lakinya mengunjungi Istana Pagaruyuang yang ada di Batusangkar, Sumatera Barat.
Tidak hanya berkujung dan melihat isi istana saja, Shanty dan suami juga memakai pakaian adat Minang menggunakan Suntiang dan berfoto di atas pelaminan layak nya orang yang sudah menikah atau yang biasa masyarakat minang sebut “Baralek Basandiang Duo”.
Dilansir dari Channel YouTube Shanty di China, Shanty sangat senang menggunakan pakaian adat yang sudah lama di impikan, ia mengungkapkan
“Setiap anak gadis Minang ingin memekai baju ini saat menikah dengan pria yang di cintai di hari pernikahannya” kata Shanty
Setelah berkeliling dan berfoto Shanty tak lupa mengajak semua teman-teman di manapun berada untuk berkunjung ke Istana Pagaruyung dan memakai baju adat asli Minangkabau.
“Semoga teman-teman juga bisa merasakan bagaimana bangganya bisa memakai baju ini” harap Shanty.
“Karna aku orang Minang dan gadis asli Minang kalau menikah harusnya memakai baju seperti ini,” tambahnya.
Terakhir Shanty dan keluarga mengunjungi pusat informasi Isatna Baso Pagaruyuang dan melihat pemandangan yang menyejukkan mata dari atas gedung sembari meminum secangkir kopi. (MHF)