Ukuran Jam Gadang ini bisa dibayangkan dengan perbandingan sederhana, Bayangkan jika kita berdiri di bawahnya, tingginya akan setara dengan gedung lantai dua yang menjulang tinggi.
Sejarah Jam Gadang Bukittinggi
Dilansir dari indonesiavirtualtour.com, Jam Gadang merupakan bangunan yang dibangun pada tahun 1926-1927, atas ide dari Henrik Roelof Rookmaaker, yang kala itu menjabat menjadi Sekretaris kota Fort de Kock yang sekarang ini kita kenal dengan kota Bukittinggi.
Jam nya adalah pemberian dari ratu Belanda bernama Wihelmina. dengan seseorang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab pembangunan saat itu adalah Yazid Rajo Mangkuto bersama dengan Haji Moran yang menjadi pelaksana pembangunan dan mandor nya St. Gigi Ameh.
Dengan peletakan batu pertama diwakilkan oleh anak sulung Rookmaker, putranya yang saat itu berusia 16 tahun. Ditaksir biaya pembangunan Jam Gadang ini memakan biaya hingga 15.000 Gulden dan upah pekerja sebesar 6000 Gulden.
Biaya pembangunan diambil dari pasar Fonds, yang dikelola oleh badan pengelola dan pengumpul pajak pasar Bukittinggi, tinjauan pertama dilakukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Andries Cornelie Dirk De Graef pada februari 1927.
Mengalami Tiga Kali Perubahan
Jam Gadang pada masa dulu tidak serta merta seperti apa yang kita lihat saat sekarang ini, pada awal didirikan dimasa pemerintahan Hindia Belanda, Jam Gadang mengadopsi bentuk atap yang bulat yang dihiasi patung ayam jantan menghadap kearah timur.
Filosofi dari bangunan ini diangkat dari bentuk sindiran terhadap orang Kurai, Banuhampu hingga Sungai Puar agar membiasakan diri untuk bangun pagi.
Perubahan selanjutnya terjadi pada masa pendudukan Jepang di Sumatera Barat. Bentuk atap Jam Gadang dimodifikasi menyerupai kuil Shinto. Barulah setelah Indonesia merdeka, yang tepatnya di tahun 1953, atap jam gadang dirombak berbentuk Gonjong atau serupa dengan rumah adat Minangkabau.
Fakta Unik Jam Gadang
Tidak hanya merupakan sebuah hadiah yang diberikan oleh ratu Belanda, ternyata mesin Jam Gadang hanya ada di dunia, yang mana satu lagi merupakan penggerak jam di Big Ben London, Britania Raya, maka tak heran jika Jam Gadang Bukittinggi disebut-sebut sebagai Big Ben nya Sumatera Barat.
Ditahun 2007 silan Sumatera Barat pernah diguncang gempa berkekuatan 5,8-6,4 skala richter, yang mana getarannya terasa hingga ke Malaysia dan Singapura, yang mengakibatkan patahnya bandul penggeraK Jam Gadang, sehingga bandul Jam Gadang yang saat ini merupakan Bandul Jam yang Baru.
Pernahkan kamu perhatikan angka 4 di Jam Gadang ditulis IIII yang mana seharusnya penulisan angka 4 romawi adalah IV. Dimana hal ini merupakan wujud ketakutan Belanda yang menganggap IV memiliki makna I victory, yang berarti kemenangan. dan menghawatirkan pihak Belanda jika hal ini menumbuhkan semangat perlawanan rakyat Bukittinggi.