TOPSUMBAR – Fenomena aneh terjadi di daerah Pasaman Barat yang membuat warga sekitar gempar saat gempa pada 25 februari 2022 lalu bermunculan ikan yang dianggap keramat oleh masyarakat sekitar.
Sebanyak tiga ton ikan larangan atau ikan keramat di Lubuk Landua, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, mati mendadak dihadang galodo.
Kematian ikan yang sudah ada sejak pertengahan tahun 1800-an itu, sontak mengagetkan dan membuat warga setempat menahan kesedihan. Pasalnya, ikan yang ditebar oleh Syech Lubuk Landua pertama itu merupakan kebanggaan warga sekitar.
Kematian massal ikan jenis garing ini dipicu keruhnya air sungai yang disertai lumpur, usai gempa 6,1 mengguncang Pasaman Barat. Warga berupaya menyelamatkan ikan yang masih hidup, sementara ikan yang mati dikuburkan, karena warga tidak boleh memakan atau menjual ikan-ikan tersebut.
Ikan Berumur Ratusan Tahun dan Hidup Sampai Kiamat
Ikan yang dianggap keramat oleh warga Pasaman Barat tersebut adalah jenis ikan garing. Beberapa hari setelah bencana gempa melanda, ikan tersebut secara tiba-tiba muncul kembali dengan jumlah yang sangat banyak, fenomena tersebut membuat warga Pasaman Barat heboh sekaligus bahagia.
Akibat bencana gempa dan galodo di daerah sekitar, ikan-ikan yang sudah berusia ratusan tahun itu mati dikarenakan tercemarnya air sungai pasca gempa, berat ikan yang mati dikarenakan bencana gempa bumi tersebut mencapai 700 kg, panjang ikan terbesar mencapai 1 meter. Ikan-ikan yang mati dikuburkan oleh masyarakat sekitar secara bersama-sama.
Ikan Larangan Lubuk Landua ini tidak pernah punah meski tempat perkembangbiakannya sudah dilanda gempa dan galodo, kabarnya ikan-ikan yang ada di Lubuak landua akan tetap hidup sampai hari kiamat, jadi dari dulu masyarakat sekitar juga menjadikan tempat tersebut sebagai tempat wisata religi.
Wisata ikan larangan Lubuk Landua cukup menarik perhatian bagi para pengunjung guna menikmati liburan, di objek wisata yang satu ini pengunjung bisa berenang dan memberi makan ikan.
Wisata ikan larangan Lubuk Landua berlokasi di Nagari Aua Kuniang, Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat. Karena ikan tersebut dilarang untuk menangkapnya menjadikan populasi ikan tersebut menjadi ribuan ekor banyaknya, lokasi wisata ini terletak di aliran sungai Batang Haluan dan terdapat sebuah surau dengan nama Buya Lubuak Landua.
Dalam catatan sejarah, Lubuak Landua merupakan nama seorang buya/syech yang mendirikan sebuah surau yang sekarang dikenal sebagai objek wisata Lubuak Landua, semenjak berdirinya Surau, Buya Lubuak Landua mulai memelihara ikan-ikan garing di aliran sungai yang terkenal jernih dan bersih itu.
Ikan-ikan yang terus dipelihara oleh Buya tersebut sampai akhir nafasnya yaitu pada tahun 1912 di usia beliau yang menginjak 122 tahun, setelah Buya Lubuak Landua wafat Surau dan ikan nya diserahkan ke penerus selanjutnya yaitu Syech Muhammad Amin yang merupakan anak dari Syech Bashir yang kemudian diberi gelar Buya Lubuak Landua II.
Setelah kepengurusan surau dan ikan tidak diteruskan ke generasi setelahnya yang merawat dan menjaga ikan dan surau Lubuak Landua dijaga langsung oleh masyarakat sekitar yang tinggal di daerah tersebut.