Topsumbar – Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Lubuk Sikarah mengadakan pelatihan tematik mengenai pertanian organik bagi petani yang mewakili kelompok tani di Kecamatan Lubuk Sikarah, Rabu (2/8).
Pelatihan tematik yang difasilitasi oleh Dinas Pertanian Kota Solok ini dihadiri oleh Kepala Bidang Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan, Joni Harnedi, Kepala Bidang Penyuluhan Joni Lukman, Koordinator Penyuluh Pertanian, Pejabat Fungsional Penyetaraan yang terkait, Penyuluh Pertanian se-Kecamatan Lubuk Sikarah, serta Penyuluh Pertanian Swadaya Kecamatan Lubuk Sikarah.
Di samping itu, pelatihan ini dihadiri juga oleh Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Kecamatan Lubuk Sikarah, Zainal Bahri sekaligus sebagai narasumber pelatihan.
Pelatihan oleh Kepala Bidang Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Joni Harnedi. “Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kapasitas SDM Penyuluh dan Petani terutama mengenai pertanian organik. Dengan adanya pelathan ini petani mampu mengatasi masalah kurangnya pupuk subsidi dengan pupuk organik,” jelasnya.
Selanjutnya, Zainal Bahri sebagai narasumber memaparkan keuntungan dari pupuk organik, di antaranya mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro, mampu memperbaiki struktur tanah, dapat meningkatkan daya menahan air, dapat memperbaiki kehidupan biologi tanah, mengandung mikroba dalam jumlah yang cukup yang berperan dalam proses dekomposisi bahan organik, aman bagi lingkungan dan dapat meningkatkan pH tanah.
“Pada saat ini kesuburan tanah sudah sangat berkurang sebagai dampak dari pemakaian pupuk kimia yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Salah satu cara mengatasi masalah kesuburan tanah ini petani dapat memanfaatkan jerami. Petani harus mengubah kebiasaan yang selama ini membakar jerami karena banyak kerugiannya yaitu meningkatnya suhu udara di permukaan tanah, memusnahkan mikroorganisme dalam tanah, menurunkan kadar bahan organik dalam tanah, menyebabkan polusi udara dan hilangnya unsur hara yang berguna bagi tanaman,“ terang Bahri.
Unsur hara yang akan hilang akibat pembakaran tersebut diantaranya N sebanyak 0,4 % – 0,8 %, P sebanyak 0,2 % – 2,0 %, K sebanyak 1,2 % – 1,7 % dan Si sebanyak 4,0 % – 7,9 %. Jika jerami tidak dibakar maka petani dapat menghemat biaya untuk pembelian pupuk Urea, SP36, KCl maupun NPK.
Dalam pemaparannya, Bahri tidak lupa mengingatkan petani agar bijak menggunakan pupuk kimia maupun pestisida. Petani juga harus bijak dalam menggunakan pestisida dengan jumlah dan jenis, sesuai dengan tujuan dari pemakaian pestisida tersebut serta jangan berlebihan. Gunakan Pestisida sebagai usaha terakhir dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Di akhir pelatihan, Bahri mengajarkan cara pengendalian lalat buah dengan cara membungkus buah-buahan yang dibudidayakan. Bahan yang dapat digunakan membungkus buah bisa berupa kertas semen, daun pisang, plastik dan lain-lain
Dengan berakhirnya pelatihan tematik ini, diharapkan permasalahan-permasalahan subsidi pupuk kurang dan masalah kesuburan tanah serta pemakaian pestisida yang tidak bijak dapat diatasi. Diharapkan petani bisa secara pelan-pelan memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya yang berasal dari alam sebagai pupuk dan ramuan pengendalian OPT pada tanaman yang dibudidayakan. (gra)