Oleh : Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Kaum muslimin rahimakumullah.
Pembaca TOPSUMBAR yang dirahmati Alloh SWT
Marilah kita bersyukur kepada Alloh dalam setiap urusan, dengan mengawali setiap urusan yang baik dengan bismillah dan menyudahi dengan mengucapkan Alhamdulillah.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan ucapan allohummasholli a’la Muhammad waala a’li Muhammad.semoga atas selawat itu terlimpah syafaat Rasulullah di hari kiamat.
Bid‘ah secara bahasa berasal dari akar kata dalam bahasa arab bada‘a artinya mengadakan (membuat) sesuatu yang baru.
Adapun dalam istilah syara’ pengertian bid‘ah ialah CARA BARU DALAM PERKARA AGAMA YANG DISERUPAKAN DENGAN SYARIAT YANG DIKERJAKAN ORANG DENGAN MAKSUD BERLEBIH-LEBIHAN DALAM BERIBADAH SERTA MENGHARAP PAHALA TANPA ADANYA DALIL DALAM SYARAK ATAU CONTOH DARI RASULULLAH SAW. MEMAHAMI ISTILAH DI ATAS BAHWA BID‘AH DIBATASI DALAM HAL AGAMA.
RASULULLAH SAW SUDAH MEMBERI PERINGATAN DAN PENJELASAN TENTANG AMALAN BID’AH YANG DILAKUKAN OLEH PELAKU SUNNAH
Sebagaimana Alloh berfirman: “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadapku dan terhadapmu. Aku hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku hanyalah PEMBERI PERINGATAN YANG MENJELASKAN” (QS AL ahqaf 9).
BERIKUT CIRI-CIRI AMALAN YANG BERPOTENSI BID’AH ( bid’ah dan tidaknya alat ukurnya sunnah bukan pendapat ustad atau juru dakwah)
Pertama
AMALAN DILAKUKAN HANYA OLEH PENGIKUT JAMAAH TERTENTU DAN OLEH YANG LAIN DIPERTENTANGKAN
Berhati hatilah jika berguru dan menuntut ilmu dalam suatu majelis taklim tertentu yang di dalamnya mengajarkan AMALAN TERTENTU YANG BERBEDA DARI AMALAN ORANG BERIMAN LAINNYA, jangan bersikap meyakini tanpa mau mendengar pandangan dan pendapat guru atau ustad lainnya, sehingga muncul FANATIK BUTA pada ustad tertentu.
Seperti akan diminta mengamalkan ayat tertentu dan dibaca dalam jumlah tertentu, salat dilakukan pada waktu tertentu dengan nama tertentu, padahal cara membaca alquran dan salat sudah ditentukan oleh Rasulullah SAW.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dari Irbadh menuturkan: “Pada suatu hari, Rasulullah ﷺ, mengimami kami. Seusai shalat, beliau menghadapkan wajahnya kepada kami, kemudian menyampaikan nasihat yang amat mendalam sehingga membuat mata kami menangis dan hati kami merasa takut. Lalu seseorang berkata: ‘Ya Rasulullah, seakan-akan ini nasihat perpisahan. Apakah yang akan kau wasiatkan kepada kami?’ Beliau ﷺ bersabda: “Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Karena barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan MELIHAT PERSELISIHAN YANG BANYAK. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. JAUHILAH DENGAN PERKARA (AGAMA) YANG DIADA-ADAKAN KARENA SETIAP PERKARA (AGAMA) YANG DIADA-ADAKAN ADALAH BID’AH DAN SETIAP BID’AH ADALAH KESESATAN” (HR. At Tirmidzi).
Bahkan pengikut ajaran tertentu MAU BERDEBAT DAN SALING BERBANTAHAN DENGAN SUAMI, GURU BAHKAN ORANG ALIM YANG TELAH LEBIH DULU BERISLAM DAN MEMAHAMI AJARAN SEBAGAIMANA SUNNAH.
Kedua
PENGAJAR DAN PENGIKUT AJARAN BID’AH SEDANG BERMAKSIAT DENGAN ALLOH SWT, sehingga DILARANG UNTUK DIIKUTI AJARANNYA
Salah satu bid’ah yang mudah dipahami suatu kegiatan majelis taklim dan kegiatan ustad adalah MENGAKIRKAN WAKTU SALAT, hal ini sering dilakukan oleh ustad ketika memberikan ceramahnya, waktu salat sudah masuk tetapi CERAMAH LEBIH DIUTAMAKAN DARI WAKTU SALAT. Ini adalah termasuk cara bid’ah yang perlu dijauhi majelisnya. Karena majelis ini meninggalkan perintah wajib dan melalaikannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh diantara perkara yang akan datang pada kalian sepeninggalku nanti, yaitu akan ada orang (pemimpin) yang mematikan sunnah dan membuat bid’ah. Mereka juga MENGAKHIRKAN SALAT DARI WAKTU SEBENARNYA’.
Ibnu Mas’ud lalu bertanya: ‘apa yang mesti kami perbuat jika kami menemui mereka?’. Nabi bersabda: ‘Wahai anak Adam, tidak ada ketaatan pada orang yang bermaksiat pada Allah’”. Beliau mengatakannya 3 kali. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Ketiga
PENGAJAR DAN PELAKU BID’AH ADALAH AMALAN PALING JELEK, PRAKTIK SESAT DAN TEMPATNYA DI NERAKA
AJARAN AGAMA YANG DIADA-ADAKAN, DIBUAT-BUAT SENDIRI OLEH YANG MENGAJARKAN TANPA MENYEBUTKAN APAKAH RASULULLAH PERNAH MELAKUKANNYA ATAU BUKAN, ATAU JELAS AMALAN TERSEBUT DILAKUKAN OLEH PENDAHULU ATAU SANG GURU DARI YANG MENGAJARKAN AMALAN BID’AH
Ajaran Islam sudah disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW, artinya sebelum nabi Muhammad SAW sudah ada ajaran islam tetapi itu UNTUK UMAT PARA NABI SEBELUM NABI MUHAMMAD SAW, dan TIDAK DAPAT MENJADI AMALAN UMAT NABI MUHAMMAD SAW, maka sejak Nabi Muhammad SAW menyempurnakan ajaran islam SEMUA AMALAN YANG BERTENTANGAN DENGAN CARA-CARA nabi Muhammad SAW adalah BID’AH.
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” (HR. An Nasa’i).
Keempat
CELAKALAH USTAD DAN ULAMA YANG MENGGANTI AJARAN ISLAM
AJARAN ISLAM SUDAH SEMPURNA SEJAK NABI MUHAMMAD SAW, DAN KETIKA SEKARANG ADA USTAD BARU MEMBAWA AJARAN YANG BERBEDA DENGAN SEBELUMNYA BERHATI-HATILAH TERHADAP AJARAN YANG BARU.
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari dan Muslim).
TEGASNYA PENGAJAR DAN PELAKU BID’AH ADALAH PENGIKUT NABI MUHAMMAD SAW BUKAN DARI GOLONGAN SELAINNYA, MAKA SUDAH PASTI PENGAJAR AJARAN ISLAM BERPELUANG MENGAJARKAN BID’AH.
Ustad dan ulama yang datang kemudian di akhir zaman TIDAK BERWENANG MENGUBAH DAN MENAMBAH AJARAN ISLAM ATAU MEMBATALKAN AJARAN ISLAM YANG SUDAH SESUAI SUNNAH SEBELUMNYA.
Kepastian Islam telah sempurna ada dalam firman Alloh SWT: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhoi Islam sebagai agama bagimu.” [Al-Maidah/5 :3].
Artinya TIDAKLAH BENAR jika ada ustad dan ulama yang datang di akhir zaman membawa ajaran dan perubahan ajaran islam.
“(Wahai Rabb), sungguh mereka bagian dari pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sungguh engkau tidak tahu bahwa sepeninggalmu mereka telah mengganti ajaranmu”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku”(HR. Bukhari).
SALAH SATU CONTOH USTAD YANG MENGAJARKAN AMALAN KHUSUS TERTENTU DI HARI JUMAT DAN MALAM JUMAT
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah pernah bersabda:
“JANGANLAH KAMU SEKALIAN MENGKHUSUSKAN MALAM JUM’AT DARIPADA MALAM-MALAM LAINNYA dengan suatu salat, dan janganlah kamu sekalian mengkhususkan siang harinya untuk berpuasa daripada hari-hari lainnya, kecuali jika (sebelumnya) hari itu telah berpuasa seseorang di antara kamu” [Hadits Riwayat. Muslim].
Kelima
PELAKU DAN PENGIKUT BID’AH MELAHIRKAN DOSA BERANTAI DAN SALING AJAK MENGAJAK MASUK SYORGA PADAHAL MEREKA MENUJU NERAKA
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang sepeninggalku menghidupkan sebuah sunnah yang aku ajarkan, maka ia akan mendapatkan pahala semisal dengan pahala orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Barangsiapa yang membuat sebuah bid’ah dhalalah yang tidak diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan dosa semisal dengan dosa orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun” (HR. Tirmidzi).
Ingatlah
Bahwa pengajar dan pengikut bid’ah TIDAK DITERIMA TAUBATNYA, kecuali JAUHI DAN HENTIKAN AMALAN BARU DAN DIADA-ADAKAN YANG DIYAKINI SEBAGAI SUNNAH.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَ اللهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعْ بِدْعَتَهُ
“Sungguh Allah menghalangi taubat dari setiap pelaku bid’ah sampai ia meninggalkan bid’ahnya” (HR. Ath Thabrani).
Keenam
PELAKU BID’AH ADALAH ORANG AHLI AGAMA YANG AKAN MEGEMBALIKAN AJARAN KE AJARAN SEBELUM ISLAM ATAU MENYIMPANGKANNYA.
Bahwa ahli bid’ah MAHIR MEMBACA KITAB, MEMBAHAS KITAB, BAHKAN HAFAL SEMUA KITAB DAN MENGAJARKAN KITAB, JEMAAH TIDAK AKAN TAHU KALAU KITAB TERSEBUT DISIMPANGKAN DENGAN BAHASA SENDIRI KARENA BERBAHASA YANG TIDAK DIPAHAMI OLEH JAMAAH.
Sebagaimana firman Alloh SWT: ”Mereka tidak henti-hentinya memerangi kalian sampai mereka (dapat) mengembalikan kalian dari agama kalian (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kalian dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. [al Baqarah/2 : 217].
“Dan Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. [al Baqarah/2 : 109].
Maka Ikutilah Sunnah walau dimusuhi oleh orang banyak karena mempertahankan sunnah dalam beribadah.
TIPS MENGHADAPI BANJIR BID’AH BERCAMPUR SUNNAH
Pertama
TINGGALKAN MAJELIS DAN HENTIKAN MENGIKUTI AJARANNYA, KARENA MENGAJARKAN BID’AH SAMA DENGAN MENGOLOK-OLOK AJARAN ALLOH SWT
Sebagaimana firman Alloh SWT Artinya: ”Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika setan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” (QS. Al-An’am: 68).
Kedua
BERDEBATLAH DENGAN MEREKA DENGAN CARA YANG BAIK, JADI BUKAN DILARANG MENDEBAT USTAD DAN ULAMA, SELAMA MEMPUNYAI ILMU TENTANG APA YANG DIDEBATKAN.
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”. (QS. An-Nahl: 125).
Ketiga
BERGUMAMLAH DENGAN MENGGIGIT GERAHAM PERTANDA TIDAK SUKA DAN TIDAK MAMPU KETIKA PELAKU BID’AH TIDAK MENERIMA PENJELASAN TENTANG SUNNAH
Rasulullah SAW menjawab. “Aku wasiatkan kepada kamu agar bertakwa kepada Allah. Tetap mendengar dan patuh meskipun kamu dipimpin seorang hamba sahaya berkulit hitam. Sesungguhnya orang yang hidup dari kamu akan melihat banyak pertikaian. Jauhilah perkara yang dibuat-buat, sesungguhnya perkara yang dibuat-buat itu adalah sesat. Siapa yang mendapati itu dari kalian, maka hendaklah ia berpegang pada sunnah dan Sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat Hidayah. GIGITLAH DENGAN GIGI GERAHAM.”(HR. Abu Daud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Dari uraian di atas dapatlah kita pahami bahwa Alloh SWT dan RasulNYA MELARANG perbuatan bid’ah dan menyanksi dengan SESAT MASUK BERAKA.
Tetapi di akhir zaman ini ada sikap TIDAK PEDULI DENGAN MANA BID’AH DAN MANA SUNNAH, ketika dibahas dan disampaikan beragam sikap yang muncul dari pengajar bid’ah seperti MENCARI-CARI DALIL BAHWA ITU BUKAN BID’AH BAHKAN ITU BID’AH HASANAH, atau membuat perumpamaan soal dunia dengan urusan agama sehingga jamaah paham dan berkata…ooooo begitu ya ustad, jadi bukan bid’ah???
Dan ada yang mengajarkan JANGAN MEMPERTENTANGKAN AJARAN AGAMA, AMALKAN SAJA, hal ini menjadikan umat semakin dibodohi akibatnya BERIBADAH IKUT-IKUTAN TANPA PAHAM AMALAN TERSEBUT.
Dan pengikut bid’ah bersikap MEMBELA GURUNYA DAN PANUTANNYA SERTA USTAD IDOLANYA, ustad lain yang tidak sepaham tidak diikuti kajiannya, dan bahkan setiap ada masalah disebut bid’ah akan menjawab “MENURUT USTAD YANG SUDAH TERKENAL DI DUNIA MAYA DAN DUNIA NYATA” ini jawabannya, ilmu anda yang menyatakan bid’ah belum seberapa, mereka ustad terkenal bersekolah di kampus ternama, hafal ayat, hafal hadist, mahir berbahasa arab dan membaca kitab?
Ketahuilah soal ilmu dan pemahaman agama TIDAK DIBENTUK DARI TINGGINYA GELAR AKADEMIK, PANDAI DAN TIDAKNYA MEMBACA KITAB BAHKAN HAFAL ALQURAN dan HADIST, tetapi akan pemahaman agama akan ada pada orang yang Alloh beri pemahaman dan MENGAMALKAN ILMUNYA YANG SESUAI SUNNAH WALAUPUN SEDIKIT.
NUUN WALQOLAMI WAMA YASTHURUN.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
(Sukabumi, Minggu, 20 Agustus 2023)
Penulis merupakan seorang pendakwah, dosen, penulis buku dan praktisi hukum serta penulis tetap Kajian Jumat yang terbit setiap hari Jumat di Topsumbar.co.id