Topsumbar — Kementerian Pertanian baru saja selesai melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional (Musrenbangtanas), salahsatu fokusnya adalah fenomena El Nino yang terjadi sejak Juni 2023 yang diprediksi menguat pada September 2023.
El Nino yaitu fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) diatas kondisi normal di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur. Pemanasan itu berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan di samudera tersebut dan mengurangi curah hujan di wilayah sekitarnya, termasuk Indonesia.
Pertanian kita masih mengandalkan air hujan, bahkan sawah irigasi pun juga mengandalkan air hujan, terjadinya El Nino berpotensi mengakibatkan berkurangnya produktivitas hasil pertanian.
Mitigasi dan antisipasi perubahan iklim harus dilakukan bersama, karena kita tak boleh berpangkutangan menghadapi hantaman El Nino.
Selain air hujan, bisa dimanfaatkan berbagai potensi yang ada di lingkungan sekitar. Baik air tanah maupun air permukaan harus dimanfaatkan dengan optimal, termasuk distribusinya bisa dengan menerapkan irigasi tetes yang nyata tidak boros.
Inpago termasuk varietas yang tahan kekeringan, hal tersebut telah terbukti di ajang PENAS XVI, Padang, Sumatera Barat pada 10-15 Juni 2023.
“El Nino datang, Produktivitas kita amankan,” demikian disampaikan Prof. Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr selaku Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) dalam acara Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) Vol. 24 secara virtual pada Jumat (14/7/2023).
Kepala Balai Pengujian Standar Instrumen (BPSI) Agroklimat dan Hidrologi Pertanian Dr. Asmarhansyah, MP dalam pemaparannya menyatakan, “Kita harus siap dengan fenomena El Nino”.
Kepala BPSI lebih lanjut menyampaikan, “Beberapa bulan kedepan, sebagaimana prediksi BMKG, kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) positif akan bertahan setidaknya hingga Desember 2023”.
Berdasarkan hasil studi, periode Juli-Desember 2023 terjadi luas lahan sawah kekeringan hingga mencapai 250.000 hektar akibat El Nino.
Yang bisa dilakukan sebagai antisipasi, adalah menerapkan jadual tanam yang tepat dan minimum resiko bisa diakses melalui inovasi “Si Katam Terpadu,” lanjutnya.
Petani juga dihimbau agar mengakses Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), demikian dipaparkan Asmarhansyah dihadapan peserta zoommeeting yang juga diikuti oleh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan IV Nagari. (AG)