Para tetangga sangat terkejut dan juga ada yang ikut menangis histeris karena begitu menyukai Abu Nawas.
Kabar tentang kematian Abu nawas dengan cepat menyebar hingga ke istana.
Baginda yang mendengar kabar itu merasa tidak percaya seseorang seperti Abu Nawas telah meninggal dunia, padahal ia baru saja ingin menangkapnya.
Baginda raja bersama para pengawal istana dan tabib istana langsung menuju ke rumah Abu Nawas untuk memastikan kematiannya.
Sesampai di rumah Abu Nawas, tabib istana langsung memeriksa keadaan Abu Nawas.
Selesai memeriksa kemudian Tabib memastikan kepada baginda jika Abu Nawas benar-benar telah meninggal dunia.
Baginda raja kemudian menangis tersedu-sedu setelah mendengar penjelasan tabib dan melihat tubuh Abu nawas yang terbujur kaku.
Karena meskipun seorang yang jahil, Abu Nawas adalah seorang sahabat yang sering memberikan saran-saran baik kepadanya meski dengan caranya sendiri.
Baginda kemudian bertanya kepada istri Abu Nawas,
“Adakah pesan terakhir Abu Nawas untukku.”
“Ada baginda, suami hamba berpesan agar baginda sudi kiranya dapat mengampuni segala dosa dan kesalahannya yang telah ia lakukan kepada baginda dunia dan akhirat, ia juga berpesan jika baginda benar-benar tulus memaafkannya hendaklah sudi kiranya rakyat yang menjadi saksi.” Jawab istri Abu Nawas.
“Jika itu permintaan Abu Nawas, maka akan aku penuhi dengan baik.” Kata baginda menyanggupi.
Setelah dimandikan dan dikafani, jasad Abu Nawas yang telah dikerendakan kemudian dibawa kesebuah lapangan yang besar yang dihadiri oleh rakyat yang banyak.
Ketika sampai di sana, baginda raja kemudian berpidato di hadapan rakyatnya,