Topsumbar – Sebanyak 5.036 Mahasiswa Universitas Andalas (Unand) dilepas secara resmi oleh Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) ke 200 Nagari/Desa di 13 kabupaten/kota se Sumatera Barat (Sumbar) selama 40 hari kedepan.
Gubernur Sumbar berpesan kepada para peserta KKN, agar membantu para kader posyandu serta tenaga kesehatan setempat dalam penanganan stunting. Menurutnya ini adalah momentum yang harus dioptimalkan.
“Ada 5.036 orang mahasiswa KKN, selama 40 hari akan berada di 200 nagari/desa pada 13 Kab/Kota di Sumatera Barat. Itu adalah kekuatan besar dan harus kita optimalkan. Kita dorong mereka berperan aktif bersama tenaga kesehatan setempat untuk penanganan stunting,” ungkap Mahyeldi saat menghadiri acara pelepasan mahasiswa KKN di Auditorium UNAND. Sabtu (03/06/2023).
Selain mendorong keterlibatan dalam penanganan stunting, Gubernur juga mengajak para peserta KKN untuk melahirkan inovasi guna mempermudah masyarakat dalam menjalani kehidupan sosial kemasyarakatannya.
Dikatakannya, inovasi tersebut penting terutama untuk membantu pemerintahan nagari/desa dalam melaksanakan program dan kegiatannya.
“Kita bersyukur ada program KKN ini, diharapakan nantinya bisa melahirkan berbagai inovasi. Sehingga dapat membantu pemerintahan nagari dalam melaksanakan program dan kegiatannya,” ucapnya.
Sementara itu Rektor UNAND, Prof. Dr. Yuliandri, SH, MH menyampaikan program KKN bertujuan untuk mendewasakan alam pikiran mahasiswa dalam menelaah dan memecahkan masalah, serta menumbuhkan kepedulian mahasiswa terhadap permasalahan sosial kemasyarakatan.
“Melalui kegiatan ini, Mahasiswa dapat memperdalam pemahamannya tentang cara berfikir dan bekerja interdisipliner,” terang Prof. Yuliandri
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Pengendalian Penduduk BKKBN RI Dr Bonivasius Prasetya Ichtiarto yang juga hadir bersama Gubernur menerangkan, faktor utama yang mempengaruhi terjadinya kasus stunting dimasyarakat adalah kurangnya pemahaman dan keterbatasan akses.
Lebih lanjut ia menerangkan, kurangnya pemahaman dan akses tersebut dapat diurai kedalam empat sub masalah yakni :
1) Praktek pengasuhan yang dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan orang tua tentang kesehatan gizi pada sebelum dan dalam masa kehamilan serta sesudah melahirkan;
2) Pelayanan pemeriksaan kehamilan yang kurang berkualitas;
3) Akses ke makanan bergizi yang masih kurang, karena harga yang relatif mahal;
4) dan kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi yang dapat mempengaruhi terjadinya infeksi berulang yang berdampak pada perkembangan anak.
“semoga para mahasiswa KKN dapat menjadi bagian dalam upaya penanganan stunting, khususnya pada desa-desa di wilayah Sumbar,” harap Bonivasius.
Ia mengaku bangga dan mengapresiasi langkah yang dilakukan UNAND yang telah menunjukkan kepeduliannya terhadap upaya penanganan Stunting di Sumbar. Ia juga berharap, semoga kedepan perguruan tinggi lainnya dapat mengikuti apa yang telah dilakukan UNAND. (adpsb)