Setelah menyantap bekal bersama untanya, Abu Nawas di dalam tidur dengan nyenyaknya.
Tapi malang bagi si unta, ia tak diizinkan oleh majikannya tidur di dalam tenda karena tendanya memang kecil.
Karena merasa sangat kedinginan. Ia mulai berpikir kalau terus begini pasti dia esok hari akan sakit dan tidak bisa melanjutkan perjalanan.
Tengah malam si unta membangunkan majikannya Abu Nawas dan berkata,
“Tuan, saya kedinginan. Izinkan saya menitipkan ujung kaki saya masuk ke dalam tenda tuan.”
Abu Nawas pun merasa tidak berkeberatan karena ujung kaki itu tidak akan mengganggu tidurnya.
Setelah beberapa saat kemudian, si unta berkata lagi,
“Tuan, saya kedinginan. Izinkan saya memasukkan kaki depan saya ke dalam tenda agar besok saya kuat berjalan membawa tuan di atas punggung saya.”
“Benar juga,” pikir Abu Nawas. Ia pun mengizinkan.
Sesaatnya lagi si unta berkata,
“Tuan hidung saya mulai berair, besok saya akan sakit dan tidak bisa membawa tuan di atas punggung saya. Izinkan kepala saya berada di dalam tenda.”
Demikianlah sesaat demi sesaat berlalu hingga akhirnya Abu Nawas tidak menyadari jika sekarang ia tidur di luar tenda. Ia pun merasa menggigil kedinginan.
Sampai paginya, ia baru menyadari jika dirinya tidur di luar. Melihat untanya masih nyenyak di dalam, Abu Nawas pun membangunkan dan menanyainya kenapa ia tidur di luar sementara si unta malah di dalam tenda.
Unta pun bangun..