Pagi pun tiba, tapi dia juga belum menemukan satu pun ide yang bisa digunakan. Makanan yang dihidangkan istrinya juga tidak dimakan, sehingga makanan itu menjadi basi.
Maka datanglah lalat-lalat hinggap di makanannya, Abu Nawas kemudian memperhatikan lalat-lalat itu dan dengan tiba-tiba terbesitlah di dalam kepalanya sebuah ide, ia tertawa gembira karena telah mendapatkan cara membalas perlakuan raja.
Abu Nawas kemudian memanggil istrinya,
“Tolong bawakan kepadaku sebatang besi dan sehelai kain untuk membungkus makanan”
“Wahai suamiku, untuk apa engkau meminta itu” Tanya sang istri keheranan.
“Aku ingin membalas perbuatan baginda raja kepada kita,. Jawab Abu Nawas.
Ia kemudian membungkus makanannya dan segera pergi ke istana menemui baginda raja dengan membawa makanan yang telah dibungkus beserta lalat-lalat yang hinggap di dalamnya, juga sebuah besi pemukul.
Ia kemudian menemui baginda raja yang kebetulan sedang bersama para menterinya seraya membungkuk memberi hormat.
Abu Nawas berkata kepada baginda:
“Ampun Tuanku, kedatangan hamba kesini adalah untuk meminta keadilan untuk hamba dari tamu-tamu tak diundang yang datang ke rumah hamba dan tanpa seizin telah memakan makanan hamba.”
“Wahai Abu Nawas, siapakah gerangan tamu-tamu yang tak diundang itu?” Tanya baginda.
Abu Nawas kemudian menjawab sambil membuka bungkusan makanannya:
“Lalat-lalat ini ya baginda, hamba ingin mendapatkan keadilan dari baginda atas perlakuan lalat-lalat ini kepada hamba, karena sebagai pemimpin negeri ini kepada baginda lah hamba meminta keadilan.”
Baginda raja kemudian kembali bertanya,
“Wahai Abu Nawas, keadilan seperti apa yang engkau inginkan dariku?”
Hamba ingin baginda raja..