Topsumbar – Selama menjalankan pengabdian di Kota Solok, para taruna Latsitardanus diperkenalkan berbagai macam budaya dan tradisi oleh masyarakat dan Pemerintah Kota Solok. Salah satunya dilakukan masyarakat Kelurahan IX Korong mengenalkan tradisi Malamang kepada Taruna Latsitardanus XLIII.
Malamang merupakan tradisi turun-temurun masyarakat Minangkabau yang masih lestari hingga saat ini. Seperti halnya daerah lain di Sumatera Barat, masyarakat Kota Solok biasa membuat lemang, tradisi membuat lemang ini biasanya dikerjakan saat menyambut hari-hari besar keagamaan.
Dalam bahasa Minang, lemang disebut lamang, sehingga kebiasaan membuat lamang dikenal juga dengan malamang. Lamang adalah makanan dari beras ketan yang dimasukkan dalam buluh bambu beralas daun pisang, dibakar berjejer di atas bara api.
Kegiatan yang digagas bersama oleh masyarakat Kelurahan IX Korong ini berlangsung di Posko 3 Kelurahan IX Korong, Selasa (6/6), diikuti Taruna Latsitardanus dari Kompi B sebanyak 46 orang, terdiri dari 39 orang taruna yang mempunyai orang tua asuh di Kelurahan IX Korong, dan 7 orang yang menginap di Kelurahan Sinapa Piliang.
Inisiator kegiatan IX Korong Malamang, sekaligus Ketua LPMK Kelurahan IX Korong, Mezi Okluza mengungkapkan kegiatan ini dilaksanakan untuk memperkenalkan budaya dan tradisi lokal kepada peserta Latsitardanus XLIII.
“Sekaligus ini sebagai bentuk apresiasi kepada taruna Latsitardanus, semoga tradisi ini selalu diingat oleh peserta Latsitardanus saat mereka kembali ke tempat bertugas nantinya,” kata Mezi.
Lebih lanjut Mezi mengungkapkan, kegiatan malamang ini terselenggara dari keinginan masyarakat Kelurahan IX Korong, termasuk dari segi pendanaan yang berasal dari swadaya masyarakat.
Hal senada juga disampaikan Ketua LKAAM Kota Solok, H. Rusli Malin Marajo Khatib Sulaiman. Selaku pucuk pimpinan adat ia merasa bangga karena acara pengenalan tradisi ini tumbuh dari masyarakat. Ia menambahkan dalam kegiatan malamang ini banyak filosofi yang bisa didapatkan.
Filosofi, pertama, badiang mangkonya masak artinya butuh usaha dan upaya dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Selanjutnya dalam kegiatan malamang ini menumbuhkan kekompakan dan kebersamaan, sehingga “saciok bak ayam sadanciang bak basi” dapat diwujudkan dalam kehidupan.
“Lamang semakin disangai semakin baminyak ini menunjukkan karakter orang Minang semakin berumur maka bertambah pula lah ilmu dan kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan,” papar H. Rusli.
Camat Lubuk Sikarah Kota Solok, Elsye Desilina yang turut menghadiri kegiatan ini menyampaikan apresiasinya atas terselenggara kegiatan memasak makanan tradisional ini.
“Terimakasih kepada masyarakat kelurahan IX Korong yang telah menyelenggarakan kegiatan malamang ini, dan kepada peserta Latsitardanus kami berharap untuk menjadikan Kota Solok sebagai kampung keduanya,” tutur Elsye.
Malamang bagi masyarakat Minang bukan hanya kegiatan memasak semata, lebih dari itu ada nilai kebersamaan dalam kegiatan malamang ini. sebab dari itu tradisi malamang tidak bisa dikerjakan satu orang saja dari menyiapkan bahan hingga lamang siap disajikan. Kegiatan malamang ini mempunyai tahapan tahapan dalam pelaksanaan. Di antaranya, tahapan manalang, yaitu proses mencari talang (bambu) sebagai wadah adonan ketan yang nantinya akan dimasak. selanjutnya tahapan mancari kayu, yaitu kegiatan mencari kayu bakar untuk memasak lamang.
Tahapan ketiga managak an gaduang-gaduang, kegiatan ini dilaksanakan dengen menyiapkan tempat memasak lamang, sehingga ibu-ibu yang bertugas memasak tidak merasa kepanasan, pada tahapan ini juga didirikan tiang penyangga yang nantinya digunakan untuk sandaran bambu tempat lamang dimasak. Tiga tahapan ini pelakasanaanya dilakukan oleh kaum-laki laki, selanjutnya ada tahapan mempersiapkan adonan dan tahapan akhir, maapi yang dilakukan oleh kaum ibu atau bundo kanduang.
Salah seorang taruna Latsitardanus, Brigtar Noval Razal mewakili rekan-rekanya mengucapkan terimakasih kepada masyarakat Kelurahan IX Korong dan Kota Solok yang telah menerima mereka dengan sangat baik.
“Terimakasih telah mengenal budaya dan adat Minangkabau kepada kami, kesempatan malamang basamo ini mempererat ikatan antara kami taruna dengan induk semang dan seluruh warga masyarakat,” ungkap Noval.
“Selain itu, kegiatan selama di Solok termasuk hari ini telah memberikan kesan yang sangat berharga dalam hati kami,” tutupnya. (gra)