Kota Solok | Topsumbar – Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menjamin setiap warga negara termasuk anak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang standar pelayanan minimal dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang standar teknis pemenuhan mutu pelayanan dasar pada standar pelayanan minimal bidang kesehatan.
Untuk menindaklanjuti tanggung jawab tersebut, Dinas Kesehatan Kota Solok melaui Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) mengadakan pertemuan dalam rangka monitoring dan evaluasi Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) di aula Dinas Kesehatan Kota Solok, Rabu (3/5).
Pertemuan ini dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Dr. Ns, Elvi Rosanti, S.Kep, M.Kes dan didampingi oleh Kabid Kesmas Ns. Hartini, S.Kep, M.Biomed.
Dalam pembukaan, Elvi Rosanti mengatakan kepada peserta monitoring untuk dapat mengikuti pertemuan ini sebaik-baiknya, agar tujuan dari monitoring dan evaluasi yang diadakan dapat sampai dan diterima oleh peserta dengan benar.
Pertemuan ini bertujuan agar tenaga kesehatan dapat menyediakan pelayanan SHK yang komprehensif dan berkualitas, tenaga kesehatan juga dapat mendeteksi dini kelainan, penyakit, gangguan yang diderita anak, dan juga dapat melakukan intervensi sedini mungkin, serta tenaga kesehatan dapat melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang ada.
Di antara penyakit-penyakit yang bisa dideteksi dengan skrining pada bayi baru lahir, Hipotiroid Kongenital (HK) merupakan penyakit yang cukup banyak ditemui. Kunci keberhasilan pengobatan anak dengan HK adalah dengan deteksi dini melalui pemeriksaan laboratorium dan pengobatan sebelum anak berumur 1 bulan. HK sendiri sangat jarang memperlihatkan gejala klinis pada awal kehidupan.
Kabid Kesmas, Hartini menyampaikan bahwa pada kasus dengan keterlambatan penemuan dan pengobatan dini, anak akan mengalami keterbelakangan mental dan kemampuan IQ dibawah 70. Hal ini akan berdampak serius pada masalah sosial anak. Anak tidak mampu beradaptasi di sekolah formal dan menimbulkan beban ganda bagi keluarga dalam pengasuhannya.
“Negara akan mengalami kerugian dengan berkurangnya jumlah dan kualitas SDM pembangunan akibat masalah HK yang tidak teratangani secara dini pada bayi baru lahir. Dengan demikian, deteksi dini sangat penting dalam mencegah terjadinya keterlambatan pengobatan. Oleh karena itu perlu adanya monitoring dan evaluasi ini,” tuturnya.
Sebanyak 39 peserta mengikuti monitoring dan evaluasi Skrining Hipotiroid Kongenital ini, di antaranya penanggung jawab anak, penanggung jawab Puskesmas Pembantu (Pustu), tenaga kesehatan dari BPM, Rumah Sakit, dan RSIA se-Kota Solok. (gra)