Penulis : Alfian YN
Burmani Koto, musisi asal Kota Padang Panjang, Sumatera Barat kian menunjukkan eksistensinya dalam bermusik.
Bahkan diusianya yang hampir 74 tahun atau usia yang tidak muda lagi, produktifitas bermusiknya seakan tak terbendung.
Hal itu dapat dilihat dari pertengahan 2022 hingga di bulan Mei 2023 ini saja, sedikitnya 6 (enam) judul lagu karya ciptaannya yang ia nyanyikan mengudara di situs web berbagi video, Youtube dibawah label musik
PAPPRI Solok.
Keenam judul lagu tersebut adalah, Baraliah Ragi, Angin Bakisa, Luko Hati Batambah Dalam, Tatanai Minyak Panuah, Tumbuang Barajuik, dan Buyuang Coki.
Selain produktif menulis lagu, mantan Guitaris The Family Joint, Padang era 1975 ini hingga kini masih sering tampil di berbagai panggung atau pentas musik.
Ia sering diundang tampil di acara panggung hiburan, pesta pernikahan, dan acara-acara reunian. Baik di kota Padang Panjang sendiri maupun di kota lainnya di Sumatera Barat serta di beberapa kota di pulau Jawa.
Meski kini usianya hampir 74 tahun, kelincahan Burmani Koto yang mengaku memiliki idola gitaris, seperti Jopie Reinhard Item (gitaris 4 Nada, Jakarta ayah dari Audi Item), Zainal Arifin (Zainal Combo Band, Jkt), dan Nuskan Syarif (Orkes Kumbang Sari, Jkt) di atas panggung masih tetap bertahan dan tidak tampak tanda meredup.
“Pemusik itu bila sudah manggung di atas pentas harus total bermusiknya,” ujar da Man panggilan akrabnya Burmani Koto kepada penulis di Padang Panjang, Kamis (25/5/2023).
Ia menyebutkan selain masih eksis bermusik dan tampil di berbagai panggung musik. Kini ia turut menggawangi grup band PARTU Band Padang Panjang sebagai vocalis/gitar.
PARTU Band terkosentrasi mengusung lagu-lagu dari grub band legendaris, seperti D’Lloyd, Koes Plus, Good Bless, Gong 2000, Deep Purple, Led Zeppelin, The Rolling Stones, Pop Indonesia, Pop Minang/Gamad, Melayu Deli, dan lain-lain.
“PARTU Band Padang Panjang adalah sebuah grup band yang seluruh personilnya terdiri dari musisi usia tua, paling muda 64 tahun yang dimasa mudanya kenyang pengalaman bermusik,” ujarnya.
“Partu Band, inilah generasi dipenghujung senja menjelang maghrib,” sambungnya.
https://www.topsumbar.co.id/2022/05/partu-band-padang-panjang-bandnya-musisi-tua-no-komersil/
Burmani Koto sendiri selain piawai main gitar, bernyanyi dan menciptakan lagu. Ternyata juga moncer membuat pantun.
Hal itu terlihat dari beberapa kali wawancara, Burmani Koto tak ketinggalan mengucapkan sejumlah pantun, seperti pantun dibawah ini.
Sajak di hulu aia lah karuah
Bilo kajaniah nyo di muaro
Satiok hari rintang bagaduah
Dima ka tanang barumah tanggo
Tahun batuka
musim baganti
Indak kunjuang juo salasainyo
Dek manyimpan dandam jo banci
Ndak bapamatang sawah kini ko
Kok diraiah kadiri nangko
Lah cukuik badan manangguang seso Tatanai minyak panuah kironyo
Tatunggang juo minyak jadinyo
Diindang ditareh habih
dipiliah atahnyo ciek ciek
Hilangnyo jajak nan dek bakikih
Putuih lah sudah tali pangabek
Ketika ditanyakan apa rahasianya diusia yang sudah tidak muda lagi ini tetap energik di atas panggung atau pentas.
Burmani Koto menjawab, jauhkanlah rasa sombong, dendam, dan virus IDF, yang artinya Iri, Dengki dan Fitnah dari hati dan kehidupan.
“Jauhilah sifat yang sontoloyo itu,” ucap Burmani Koto yang dikenal kocak juga menghibur itu, sembari berujar “Smile for you and smile for me,”.
Terakhir diujung wawancara, ia menyebut dalam waktu dekat akan hijrah ke Jakarta.
“Besar kemungkinan dalam waktu dekat ini saya akan hijrah ke Jakarta dengan lagu- lagu ciptaan saya saat ini,” sebutnya.
Selintas Perjalanan Karier Bermusik Burmani Koto
Tahun 2015 silam penulis pernah melakukan wawancara setengah ekslusif dengan Burmani Koto di sebuah tempat dekat Balaikota Padang Panjang.
Hasil wawancara itu sudah penulis publikasikan di Koran Suara Keadilan, Jakarta dimana penulis pernah juga berkiprah.
Berikut ringkasan wawancara tersebut
Burmani Yoeng Boer demikian nama aslinya, ia lahir di Padang,13 September 1949.
Ketertarikan Burmani Koto pada musik berawal sejak ia duduk di kelas 2 Sekolah Rakjat (Rakyat) atau sekarang kelas 2 SD (Sekolah Dasar).
Ketertarikannya juga dilatarbelakangi melihat sang Ayah yang setiap waktu senggang selalu memainkan gitar.
“Pengaruh Ayah begitu kuat sehingga saya tertarik dengan musik,” ujar Burmani Koto mengenang.
Tidak ingin hanya sekedar tertarik, pada tahun 1959, Burmani Koto masuk Band Bocah Seraga Band (Sekolah Rakyat Tiga) di Pendopo Palembang PTSI (Perseroan Terbatas Stantvac Indonesia.
Berlanjut Burmani Koto terjun mengawali karier pada tahun 1961 saat mengikuti sang Ayah pindah tugas ke Bandung di Asrama Kosambi bandung.
Pada tahun itu Burmani Koto membentuk Grup Band RBC (Remaja Bhayangkara Grup).
Ttahun 1964 pindah ke cirebon dan ikut mendirikan Grup Band Batik Cirebon.
Pada tahun 1970 – 1972 Burmani Koto mendapatkan kontrak pertamanya di Hotel Muara Padang sebagai salah seorang pengisi acara musik.
Tahun 1973 Burmani Koto dikontrak oleh PT Pelni (Pelayaran Nasional Indonesia) untuk bermain musik di kapal Mey Abeto milik PT. Arafat rute Teluk Bayur – Tanjung Priok.
Disini ia bergabung bersama Hani Tuhateru, Oto Ongirwalu, Agus, dan Qulik.
Mereka membentuk grup band The Family Join Band hingga pada tahun 1975 mereka bubar.
Setelah The Family Join Band bubar, Burmani Koto sempat hijrah ke Pekanbaru, Riau melanjutkan karir solonya.
Pada tahun 1976 ia kembali ke Padang dan bergabung dengan Grup Band Limax Kota Padang.
Pada tahun 1977 ia masuk dapur rekaman di Studio Roxy Jakarta. Burmani sukses menciptakan lagu pertamanya berjudul, “Hanya Untukmu”.
Pada tahun 1978 Burmani Koto bekerja di Pemerintahan Kota Padang Panjang hingga pada tahun 1984 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Pada tahun 1991 Burmani Koto membentuk Grup Band (Band PDAM), bertahan hingga1997.
Burmani Koto pensiun sebagai PNS pada 1 Oktober 2007.
Setelah pensiun Burmani Koto bukannya vakum bermusik, malahan hingga kini terus aktif bermusik. ***
Penulis adalah wartawan Topsumbar.co.id