Payakumbuh | Topsumbar – Esensi filosofis dari Otonomi Daerah adalah desentralisasi kewenangan agar daerah mencapai kemandirian fiskal. Salah satunya yaitu dengan menggali potensi sumber daya yang dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
“Oleh karena itu, perlu kiranya kita melakukan refleksi sejenak, untuk kembali memahami esensi filosofis dari diterapkannya otonomi daerah yang saat ini genap berusia 27 tahun,” ungkap Penjabat Wali Kota Payakumbuh Rida Ananda membacakan sambutan Menteri Dalam Negeri pada Upacara Peringatan XXVII Hari Otonomi Daerah Tahun 2023, Sabtu (29/4), di halaman kantor wali kota.
Setelah 27 tahun berlalu, otonomi daerah telah memberikan dampak positif, dibuktikan dengan adanya percepatan pembangunan yang ditandai dengan meningkatnya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM), bertambahnya PAD dan kemampuan fiskal daerah.
Namun data juga menunjukan bahwa filosofi dari tujuan otonomi daerah belum sepenuhnya mencapai hasil yang diharapkan. Berdasarkan data Ditjen Keuangan Daerah Kemendagri selama kurun waktu tersebut, terdapat beberapa daerah yang memiliki PAD dibawah 20% dan menggantungkan keuangannya pada pemerintah pusat melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD).
“Perlu kiranya melakukan evaluasi untuk memastikan bahwa penyusunan program dan kegiatan dalam APBD agar tepat sasaran, efektif serta efisien,” katanya.
Rida Ananda juga menghimbau agar melakukan terobosan dan inovasi untuk menggali berbagai potensi yang dapat memberikan nilai tambah serta peningkatan bagi PAD bahkan melebihi TKDD. Tentunya tanpa melanggar hukum dan norma yang ada serta tidak memberatkan rakyat.
“Disinilah ujian sekaligus pembuktian kemampuan leadership dan entrepreneurship (kewirausahaan) untuk menangkap peluang yang ada oleh seluruh kepala daerah di Indonesia,” ujarnya.
Ditambahkan Rida, Pemerintah Pusat menargetkan tahun 2023 angka stunting anak turun menjadi 17 persen secara nasional, untuk itu seluruh kepala daerah dihimbau untuk mengambil langkah-langkah strategis dalam upaya menekan angka stunting di wilayah masing-masing.
“Masalah stunting bisa dipicu dari keadaan ibu dan anak hingga faktor eksternal lainnya. Faktor eksternal termasuk pola asuh dan lingkungan sedangkan faktor spesifik lainnya, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan seperti kurang gizi dan anemia,” ujarnya.
Menurutnya, dukungan arah kebijakan dan dukungan anggaran mutlak diperlukan dalam upaya penanganan stunting secara komprehensif dan berkelanjutan. Program dan kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah Daerah harus dipastikan dapat menjangkau seluruh wilayah dan tepat sasaran.
“Untuk itu koordinasi dan sinergitas seluruh jajaran Forkopimda Provinsi dan Kabupaten/Kota perlu ditingkatkan untuk mendukung upaya-upaya penanganan stunting di seluruh wilayah,” terangnya.
Melalui momentum ini, Rida juga berharap semua lini mampu menjaga stabilitas harga sehingga tidak terjadi inflasi yang dapat memberatkan rakyat. Kunci yang utama untuk mencapai itu adalah pada unsur Sumber Daya Manusia, terutama ASN yang berintegritas, profesional, kompeten dan dapat bekerjasama secara kolaboratif.
Rida juga menyampaikan terima kasih, khususnya kepada ASN dan OPD yang tetap melaksanakan tugasnya di saat momen libur lebaran.
“Apresiasi kepada OPD yang ikut dalam pengamanan arus mudik/balik serta memberikan layanan kepada masyarakat di saat teman-teman ASN yang lain libur. Kepada jajaran Dinas Perhubungan, Satpol PP, para tenaga kesehatan dan OPD lainnya saya mengucapkan terima kasih dan apresiasinya,” ujarnya.
Untuk diketahui, Peringatan Hari Otonomi Daerah kali ini, mengambil tema Otonomi Daerah Maju, Indonesia Unggul. Bertindak selaku pemimpin upacara Camat Latina Diki Engla Mardianto. Juga dilaksanakan penyerahan penghargaan kepada tokoh yang berperan dalam pengendalian inflasi dan pengentasan stunting. (Ton)