Wako Solok Belajar Penanganan Sampah ke Kota Cilegon

Kota Solok | Topsumbar – Pemerintah Kota Solok terus berupaya mencari solusi penanganan sampah. Selain mengharapkan dukungan dari Pemerintah Pusat, Pemko Solok juga melakukan studi tiru ke berbagai pemerintah kota/kabupaten yang telah mampu melakukan pengelolaan sampah secara optimal.

Kali ini, Pemerintah Kota Solok, menggelar kunjungan kerja ke Kota Cilegon, Senin (20/3). Mereka ingin mempelajari pengolahan sampah menjadi Bahan Bakar Jumputan Padat atau BBJB Plant yang sudah dilakukan Pemko Cilegon.

Wali Kota Solok H. Zul Elfian Umar datang didampingi Ketua TP- PKK Kota Solok Zulmiyetti Zul Elfian Umar, dan para pejabat terkait kebijakan pengolahan sampah. Hal tersebut, kata Zul Elfian, adalah bentuk keseriusan Kota Solok untuk bisa menduplikasi program pengolahan sampah dari Kota Cilegon.

Bacaan Lainnya

“Inovasi terkait pengolahan sampah yang dilakukan Pemko Cilegon ini sudah terbukti manfaatnya. Bukan saja mengatasi persoalan sampah tetapi juga mendatangkan pendapatan,” katanya.

Menurut Zul Elfian, sampah menjadi persoalan perkotaan yang kini banyak dihadapi pemerintah. Oleh karenanya, ketika Cilegon mampu berinovasi mengolah sampah menjadi barang bernilai ekonomi.

“Bayangkan tanpa menggunakan APBD, Cilegon bisa membangun pengolahan sampah. Bahkan banyak yang mendukung. Makanya kita jauh-jauh ke sini mau belajar. Pemimpin yang baik adalah yang mau belajar dari orang lain yang kinerjanya terbukti baik,” katanya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Solok, Edrizal mengatakan, produksi sampah Kota Solok dalam sehari bisa mencapai 45 ton. Angka tersebut bisa naik dalam momen tertentu, seperti bulan Ramadan. Sebagian diaantaranya merupakan sampah organik.

“Produksi sampah Kota Solok per tahun bisa mencapai sekitar 19.663 ton. Sementara yang terolah dan termanfaatkan baru 15,10 persen. Selebihnya tertangani dan bermuara di TPA,” katanya.

Saat ini, pihaknya baru mengelola sampah organik menjadi produk kompos. DLH Kota Solok sudah memiliki Rumah Kompos yang dibangun dengan dana DAK 2021.
“Sampah organik yang terkumpul diproses sekitar 21 hari, hasil prosesing akan dibawa ke Rumah Kompos. Produknya bisa kompos padat dan cair,” jelasnya.

Menurutnya, Cilegon merupakan kota pertama di Indonesia yang berhasil merubah sampah menjadi bahan bakar briket/co firing.
“Hal ini sebuah keberhasilan bagi sebuah kota dalam pengelolaan sampah. Untuk itulah kita ingin mendapatkan masukan dan saran, karena Pemko Solok terus berupaya mendapatkan bantuan hibah dari Kementerian LHK berupa teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) untuk pengolahan sampah di Kota Solok,” katanya.

Melalui teknologi itu, kata Edrizal, nantinya sampah-sampah yang ditampung di TPA akan menjadi energi terbarukan atau diproses menjadi energi alternatif untuk pembangkit listrik.

“Metode RDF ini adalah pemanfaatan sampah sebagai bahan bakar/sumber energi. Bahan bakar hasil olahannya nanti akan dimanfaatkan oleh PT Semen Padang. Hal ini sangat positif sekali dalam upaya pengelolaan sampah di Kota Solok nantinya,” ungkapnya.

Sementara itu, Wali Kota Cilegon, Helldy Agustian mengapresiasi niat baik Pemko Solok yang ingin menerapkan sistem pengelolaan sampah seperti di Kota Cilegon. Menurut Helldy, semakin banyak daerah yang menerapkan sistem ini, maka semakin besar kontribusi daerah dalam ikut mengatasi persoalan persampahan di Indonesia.

Terkait BBJP Plant di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Bagendung, Helldy menyatakan bahwa pada tahun 2023 ini produksinya akan meningkat dari 30 ton per hari menjadi 200 ton perhari. Peningkatan produksi tersebut dimungkinkan menyusul peningkatan kapasitas pabrik yang mendapat bantuan dana dari Bank Dunia senilai Rp 100 miliar.

“Setelah kapasitas produksi naik menjadi 200 ton perhari, saya yakin Kota Cilegon justru akan defisit sampah. Untuk mengatasinya, kami akan berkerja sama dengan pemerintah daerah lain dalam hal pasokan sampah. Yang sudah berjalan di antaranya bersama Pemkab Serang,” papar Helldy.

Kunjungan kerja Pemkot Solok diawali dengan meninjau Mall Pelayanan Publik (MPP) Kota Cilegon. Selanjutnya singgah di Rumah Dinas Wali Kota Cilegon yang diisi penjelasan terkait tahapan pendirian dan proses produksi BBJP di TPSA Bagendung.

Kunker kemudian diakhiri dengan memantau langsung proses produksi pengolahan sampah menjadi BJJP atau cofiring batu bara untuk dipasok ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya. (gra)

Pos terkait