Pasaman Barat | Topsumbar – Lebih pasca bencana gempa bumi 6,2 SR mengguncang Nagari Kajai Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, terpantau masih harus belajar diruang terbuka akibat gedung sekolah mereka yang mengalami rusak berat.
Pantauan wartawan di Sekolah Dasar Negeri 26 Kajai, murid kelas dua pada sekolah tersebut masih menjalani aktivitas belajar di halaman sekolah dengan kondisi sangat memperihatinkan.
Dikatakan salah seorang guru sekolah tersebut, Yessi Gusmaini, Selasa (07/03), pasca bencana gempa yang telah meluluhkan sejumlah bangunan sekolah diakui memang sebagian siswanya masih harus belajar di tenda darurat namun tenda itu telah rusak diterpa angin.
“Akibatnya anak-anak sampai saat ini belajar di halaman sekolah khususnya kelas dua. Sedangkan siswa kelas lain ada yang belajar di lokal darurat,” ungkapnya.
Mereka, lanjutnya, terpaksa belajar di luar ruangan tanpa atap, dinding dan berlantai tanah meskipun masih menggunakan meja dan kursi seadanya.
Jika cuaca panas, ulasnya, para generasi bangsa itu terpaksa menahan teriknya matahari dan jika sudah tidak tahan maka mereka pun pindah ke tempat berteduh di bawah pohon.
“Jika terjadi hujan gerimis juga terpaksa ditahan namun jika meja dan kursi basah maka terpaksa belajar dihentikan,” sebutnya.
Ia mengaku sangat miris melihat kondisi proses belajar anak kelas dua sebanyak 14 orang. Apalagi saat ini siswa sedang menjalani ujian.
“Tentu kami berharap bangunan sekolah kami segera diperbaiki dan dibangun kembali,” harapnya.
Apalagi dua rungan kelas sekolah itu hangus terbakar pada Minggu (5/3) lalu. Selain itu
Menyikapi persoalan itu Kepala Dinas Pendidikan Pasaman Barat Agusli mengatakan sangat prihatin melihat kondisi siswa yang sekolahnya terdampak gempa.
“Khusus untuk SDN 26 Talamau untuk tahun ini akan dibangun tiga lokal belajar menggunakan Dana Alokasi Umum. Mudah-mudahan segera dilakukan,” ujarnya.
Pihaknya sebelumnya juga telah membangun lokal darurat untuk menampung proses belajar mengajar di sekolah itu.
Untuk mengantisipasi agar anak-anak tidak belajar di luar sekolah maka pihaknya akan menekankan ke pihak sekolah agar dibuat sistem sua shift atau masuk bergantian.
“Jumlah siswa di SDN 26 ada 134 orang tentu pengaturan belajarnya nanti kembali akan diatur agar anak-anak tidak belajar di luar ruangan lagi,” harapnya.
Ia menyebutkan pihaknya pada 2022 telah mengusulkan pembangunan 15 sekolah yang rusak karena gempa.
“Pembangunan sekolah yang rusak sebenarnya telah dimulai sejak 2022 namun belum selesai. Selain itu juga 10 lokal darurat telah dibangun. Kami berharap Kemendikbud dapat segera menyediakan anggaran pembangunan lokal yang rusak karena gempa,” tutupnya.
(Rully Firmansyah)