Kajian Jumat Oleh: Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Kaum muslimin rahimakumullah.
Pembaca Topsumbar.co.id yang dirahmati Alloh SWT, kami mengucapkan:——————————— SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA RAMADAN————-
Marilah kita bersyukur kepada Alloh SWT dalam setiap urusan, dengan mengawali setiap urusan yang baik dengan bismillah dan menyudahi dengan mengucapkan Alhamdulillah.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan ucapan allohummasholli a’la Muhammad waala a’li Muhammad.semoga atas selawat itu terlimpah syafaat Rasulullah di hari kiamat.
PUASA ADALAH KARENA ALLOH DAN UNTUK ALLOH SWT KARENA MANUSIA SUDAH MENINGGALKAN SYAHWAT DAN MAKANAN.
Dalam riwayat Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap amalan kebaikan anak Adam akan dilipat gandakan menjadi 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang semisal. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), “Kecuali puasa, amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku.” (HR. Muslim).
Siapa yang berpuasa karena manusia atau karena tujuan selain karena Alloh SWT sungguh suatu perbuatan yang sia-sia.
SEBAB-SEBAB ORANG BERPUASA HANYA MENDAPATKAN HAUS DAN LAPAR YANG MENJADIKAN AMALAN PUASA SIA-SIA
Rasulullah SAW bersabda: “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobronii).
Pada hadist lain “Banyak sekali orang yang puasa, namun ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar,” (H.R. Ibnu Majah).
Pertama
PUASA TETAPI TIDAK MENINGGALKAN MAKSIAT
(Perbuatan yang berkaitan dengan nafsu syahwat) sebagaimana hadist di atas.
Kedua
BERBUAT DUSTA DALAM MENJALANKAN IBADAH PUASA
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari).
Ketiga
MELAKUKAN PERBUATAN TAK BERMANFAAT DAN KEJI/MUNGKAR
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu (perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak berfaedah ) dan rofats (pengertian ‘kiasan untuk hubungan badan’ dan semua perkataan keji.) Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim).
Keempat
MELAKUKAN HUBUNGAN SUAMI ISTERI DAN/ATAU BERZINA/BERMAKSIAT DISIANG HARI RAMADAN
Pada suatu kajian bersama jamaah sebagaimana dalam hadits riwayat Abu Hurairah, ia berkata: “Seorang lelaki datang menemui Rasulullah SAW lalu berkata, ‘Celakalah aku, wahai Rasulullah!’ Beliau bertanya, ‘Apa yang telah membuatmu celaka?’ Lelaki itu menjawab, ‘AKU TELAH BERSETUBUH DENGAN ISTRIKU PADA SIANG HARI, SAAT BULAN RAMADAN.’
Rasulullah SAW bertanya, ‘Mampukah kamu memerdekakan seorang hamba?’ Lelaki itu menjawab, “Tidak!’ Rasulullah SAW bertanya lagi, ‘Mampukah kamu berpuasa selama dua bulan berturut-turut?’ Lelaki itu menjawab, ‘Tidak Rasulullah SAW bertanya lagi, ‘Mampukah kamu memberi makan kepada 60 orang fakir miskin?’ Lelaki itu menjawab, “Tidak!’ Kemudian dia duduk. Rasulullah SAW kemudian memberikan kepadanya satu keranjang berisi kurma, lalu bersabda, ‘Sedekahkanlah ini!’ Lelaki tadi berkata, ‘Apakah ada orang yang lebih miskin dari kami? Tiada lagi di kalangan kami di Madinah ini yang lebih memerlukan dari keluarga kami.’ Mendengar ucapan lelaki itu Rasulullah SAW tersenyum sehingga kelihatan sebagian gigi gerahamnya. Kemudian beliau bersabda, ‘Pulanglah dan berilah kepada keluargamu sendiri.” (HR Jamaah).
Alloh SWT telah memberikan TUNTUNAN DAN PEDOMAN agar jangan MENYANGKA/MENDUGA-DUGA ATAS ORANG LAIN, MENCARI-CARI KESALAHAN ORANG DENGAN JADIKAN SEBAGAI MENU SANTAPAN PEMBICARAAN YANG MENJADIKAN MAJELIS ILMU MENJADI MAJELIS GHIBAH/MAJELIS MEMBICARAKAN ORANG LAIN. Apalagi dibulan suci ramadan.
Alloh berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik … ” (QS. Al-Hujurat [49]: 12).
NASIB ORANG YANG SUKA MEMBICARAKAN ORANG LAIN DALAM SETIAP PEMBICARAANNYA ADALAH sebagaimana dikisahkan dalam hadist mikraj:
“Ketika aku dinaikkan ke langit, aku melewati suatu kaum yang MEMILIKI KUKU-KUKU DARI TEMBAGA. Mereka MELUKAI (MENCAKARI) WAJAH-WAJAH MEREKA DAN DADA-DADA MEREKA. Aku bertanya :”Siapakah mereka wahai Jibril?” Jibril menjawab :”Mereka adalah orang-orang yang MEMAKAN DAGING-DAGING MANUSIA (MENGUMPAT) DAN MEREKA MENGINJAK-INJAK KEHORMATAN MANUSIA.” (Hadis Sohih Riwayat Ahmad , Abu Dawud).
PRASANGKA/GHIBAH/MEMBICARAKAN ORANG LAIN ADALAH PERKATAAN SIA-SIA DAN MUBAZIR SELAMA MENJALANKAN IBADAH RAMADAN
Sebagaimana hadist: “Bukanlah puasa itu sebatas menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi puasa adalah menjauhi perkara yang sia-sia dan kata-kata kotor.” (HR. Ibnu Khuzaimah).
Kelima
GHIBAH/GUNJING/MEMBICARAKAN PERBUATAN ORANG LAIN/SHARE PERISTIWA BERKAITAN PERBUATAN ORANG LAIN MELALUI MEDIA SOSIAL
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) GHIBAH adalah membicarakan keburukan (keaiban) orang lain yang dilarang dalam agama Islam. Sebagaimana hadist:
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tahukah engkau apa itu gibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan, berarti engkau telah menggibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR Muslim).
Maka dalam SUATU PERCAKAPAN DI MEDIA SOSIAL ATAU SUATU BERITA ATAU VIDEO YANG DI SHARE APABILA PERISTIWA ITU BENAR FAKTA DAN TERJADI MAKA ITULAH GHIBAH.
APABILA KONTEN ATAU BEIRTA ITU AKAL AKALAN, LUCU-LUCUAN YANG DIBUAT BUAT SEHINGGA TIDAK SEBENARNYA TERJADI APALAGI NARASI DONGENG BERSIFAT KHAYALAN MAKA PELAKUNYA TELAH BERDUSTA.
Berdasarkan hal tersebut di atas marilah kita menjaga dan memelihara ibadah puasa masing-masing, dengan begitu kita MENJAGA PUASA ORANG LAIN, karena PUASA DAN ALQURAN pada hari kiamat akan memberikan SYAFAAT kepada yang mengamalkannya.
Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Puasa dan Al Qur’an akan memberikan syafa’at kepada hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, ’Ya Rabb, aku telah mencegahnya dari makanan dan syahwatnya di waktu siang maka beri aku syafa’at untuknya’. Al Qur’an berkata, ’Ya Rabb, aku telah mencegahnya tidur di waktu malam, beri aku syafa’at untuknya’.” (HR. Ahmad).
MAKA PUASA YANG SIA-SIA AMALANNYA TIDAK DAPAT MEMBERIKAN SYAFAAT DI HARI KIAMAT KARENA TIDAK DITERIMA OLEH ALLOH SWT, sebab kualitas puasa rendah dan dipenuhi dosa kepada Alloh SWT.
Walaupun seseorang berpuasa perbuatannya tidak diketahui orang lain, disisi manusia dia adalah orang terbaik perkataan dan perbuatan, tetapi dihadapan Alloh SWT yaitu Ketika SENDIRI DAN DITEMPAT TIDAK ADA ORANG LAIN melakukan maksiat dan melanggar perintah Alloh SWT. Maka puasa yang demikian hanya mendapatkan HAUS DAN LAPAR SAJA.
NUUN WALQOLAMI WAMA YASTHURUN.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
(Sukabumi, Jumat, 31 Maret 2023)
Penulis merupakan seorang pendakwah, dosen, penulis buku dan praktisi hukum