Solo | TopSumbar – Persyarikatan Muhammadiyah akan segera melaksanakan pembukaan Muktamar ke-48 pada Sabtu (19/11) di Stadion Manahan, Solo.
Tema yang diusung pada Muktamar ke-48 ini ialah “Memajukan Indonesia dan Mencerahkan Semesta”.
Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir pada Jumat (11/11) mengungkapkan lima agenda pokok dalam prosesi Muktamar ke-48.
Kelima agenda tersebut adalah, pertama laporan PP Muhammadiyah 2015-2022 yang berisikan potret berbagai pekerjaan yang telah dilakukan Persyarikatan dalam satu periode.
Menurut Haedar Nashir, pelaporan ini penting untuk menunjukkan bahwa Muhammadiyah selama ini bekerja dengan serius untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Kedua, membahas program lima tahun ke depan, sebagai organisasi yang mengusung tema berkemajuan, Muhammadiyah telah menyiapkan ragam program untuk menjawab tantangan zaman dalam lima tahun ke depan.
Menurut Haedar Nashir, solusi dari prediksi tantangan di masa depan ialah bagaimana memperkuat peran amal usaha sebagai benteng mewujudkan kemaslahatan.
“Poinnya kedepan kita akan lebih memperkuat amal usaha sebagai modal basis membangun keunggulan bangsa, Bangsa yang besar ini dengan segala keragamannya ini mesti berpacu agar setara dan unggul” Haedar Nashir menambahkan.
“Ini agenda terbesar, kadang suka tertutupi isu-isu yang temporal,” ucap Haedar Nashir saat bergabung via daring dalam acara Media Gathering di Gedung Siti Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Ketiga, membahas Risalah Islam Berkemajuan, Muhammadiyah memiliki sebuah keyakinan bahwa Islam yang sesungguhnya adalah agama yang mendorng kemajuan dan karena itu ia harus menjadi kekuatan aktual yang menggerakkan pemeluknya untuk memberi kesaksian atas keunggulan agama Islam.
Menurut Haedar Nashir, berkemajuan berarti menciptakan kedamaian, keadilan dan membangun peradaban utama.
“Selama ini Muhammadiyah telah mempopulerkan istilah berkemajuan ini” lanjutnya.
“Berkemajuan berarti selain memberikan perdamaian dan toleransi, tapi pada saat yang sama Islam yang membawa kemajuan peradaban,” ucap Haedar Nashir.
Keempat, membahas Isu-isu strategis, pembahasan ini merupakan problem nyata yang saat ini sedang dihadapi dalam konteks bangsa bahkan dunia, seperti isu membangun kesalehan digital.
Muhammadiyah telah menyusun panduan keagamaan dan moral membangun kesalehan digital di berbagai institusi dan lingkungan sosial masyarakat luas.
“Misalkan kita memperkenalkan kesalehan digital di tengah 4.0 yang membawa perubahan luar biasa, boleh generasi muda saat ini telah menguasai teknologi, jangan-jangan mereka menjadi generasi yang hilang karena pijakan nilainya tercerabut.
“Jika tidak tercerabut, mereka mungkin menemukan nilai alternatif lain yang bertentangan dengan nilai-nilai kita (agama dan nilai luhur)” ucap Haedar Nashir.
Kelima, pemilihan Ketua Umum PP Muhammadiyah, menurut Haedar Nashir sistem pemilihan kepemimpinan di Muhammadiyah-‘Aisyiyah yang berjenjang merupakan salah satu cara pemilihan yang demokratis.
“Sistem pemilihan yang berjenjang, maka insyaAllah sistem kepemilihan ini sangat demokratis yang tersistem” beliau melanjutkan.
“Representasi 3000 pemilih merupakan representasi yang kuat di Muhammadiyah sehingga mereka betul-betul menjadi pemilih cerdas dan tersistem” demikian Haedar Nashir menutup pesannya. (Gun/rilis)