Payakumbuh | TopSumbar – Penjabat Wali Kota Payakumbuh Rida Ananda mengapresiasi adanya lomba menulis dan membaca cerita rakyat tingkat SLTA se provinsi Sumatera Barat yang digelar oleh Komunitas Seni Intro dan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat.
“Acara ini membuka ruang bagi anak-anak didik untuk kreatif dan berkompetisi, mengeksplor bakat mereka dalam menulis dan bercerita, kita sangat senang,” kata Rida saat menyaksikan acara itu pada hari pertama di di Agam Jua Art and Culture Cafe, Sabtu (15/10).
Rida juga mengatakan sebagai bagian dari upaya pemulihan pembelajaran, Kurikulum Merdeka (yang sebelumnya disebut sebagai kurikulum prototipe) dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik.
“Karakteristik utama dari kurikulum ini yang mendukung pemulihan pembelajaran adalah pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila, fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi, dan Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal,” terangnya didampingi Kadisparpora Nofriwandi.
Sementara itu, Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat Supardi yang membuka kegiatan tersebut mengatakan sangat mendukung adanya kegiatan ini. Apalagi adanya Corporate Sosial Responsibility dari Bank Nagari dan Semen Padang sehingga bisa menggelar kegiatan ini bersama Komunitas Seni Intro.
“Kita harap kegiatan ini dapat ditiru oleh pemerintah daerah kota/kabupaten dengan menggelar lomba serupandi tingkat SD dan SMP,” kata politikus Gerindra itu.
Dari sisi Dewan Juri Iyut Fitra yang merupakan pendiri Komunitas Seni Intro mengatakan pihaknya menjadikan lomba menulis dan lomba membaca ini sebagai satu kesatuan.
“Lomba ini ingin memperlihatkan bahwa menulis dan membacakan sama pentingnya. Terutama untuk kalangan pelajar. Menulis menstrukturkan pikiran. Membaca untuk menyajikan. Dua hal ini pelan-pelan sudah menghilang dalam tradisi pelajar kita,” ujar Iyut Fitra.
Dijelaskannya, cerita rakyat dijadikan sandaran dengan alasan, Objek Pemajuan Kebudayaan itulah yang paling dekat dengan pelajar. Baik di kota atau nagari disinyalir cerita rakyat masih menjadi bagian dari kehidupan pelajar.
“Plus, kami ingin membangkitkan literasi budaya di kalangan pelajar. Lomba ini salah satunya,” ujarnya.
Komunitas Seni Intro sebelumnya telah menyeleksi lebih dari 200 naskah cerita dari sekolah yang ikut lomba menulis, hasilnya setelah diseleksi ada 40 karya yang dibacakan pada lomba berikutnya. Pada puncak acara di Minggu (16/10), akan diumumkan 3 karya terbaik, dan 17 karya pilihan.
“Hasil karya daei Pemuncak ini akan kita bukukan,” tambah Iyut bersama juri lomba Heru Joni Putra, Roby Satria, S Metron Masdison, dan Ilham Yusardi. (Ton)