Kajian Jumat Oleh : Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
Kaum muslimin rahimakumullah.
Pada kajian kali ini setelah dua minggu terakhir tidak tayang, adalah berkaitan dengan pentingnya sifat malu pada wanita dalam setiap aktivitas.
Hal ini disajikan karena dengan perkembangan dan peradaban yang mana aktivitas tidak terbatas dan antara laki-laki dan wanita hampir tidak ada beda dalam aktivitas.
Bahkan permainan olahraga yang menyajikan olahraga antara laki-laki dan wanitapun sudah tidak asing lagi, demikian juga dengan kegiatan seni, kegiatan pembelajaran dan sebagainya.
Untuk itu perlu bagi orangtua mengetahui batasan-batasan dan sifat malu yang perlu ditumbuhkembangkan kepada orangtua yang mempunyai anak wanita, sebab hanya diri sendirilah yang dapat membatasi kegiatan ketika dipaksa atau tidak bisa mengelak ketika harus berbaur dan bersama laki-laki dalam aktivitas dan pembelajaran.
MERASA RUGI KARENA MEMAKAI SIFAT MALU
Pernah terjadi pada masa Rasulullah orang yang menganggap dengan memakai sifat MALU DIA MERASA RUGI, karena malu dia tidak bisa beratkivitas secara bebas, tidak dapat menyalurkan bakat dan minat, sedikit teman dan sebagainya dianggap suatu kerugian.
Hal ini sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW seperti disebutkan pada hadist dari Ibnu Umar Radhiayallahu ‘anhu, ia berkata: “Ada salah seorang Shahabat Radhiyallahu anhu yang mengecam saudaranya dalam masalah malu dan ia berkata kepadanya: Sungguh, malu telah merugikanmu. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Artinya: Biarkan dia, karena malu termasuk iman.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah, dan Ibnu Hiban).
SIFAT MALU ADALAH BAGIAN DARI KENABIAN
Sifat malu adalah bagian dari kenabian, dan jika TIDAK ADA RASA MALU MAKA ORANG AKAN BERBUAT SESUKA HATINYA sebagaimana hadist dari Abu Mas’ûd ‘Uqbah bin ‘Amr al-Anshârî al-Badri radhiyallâhu ‘anhu ia berkata: Artinya: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya diantara yang didapat manusia dari kalimat kenabian yang pertama ialah: ‘Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu.’” (HR. Bukhari).
Dengan demikian ketika merasa sudah BEBAS BERBUAT APA SAJA TANPA ADA PEMBATASAN, MAKA ITU TANDA SUDAH HILANG RASA MALU.
.
HILANG MALU AKAN HILANG KEIMANAN
Rasulullah SAW bersabda:
‘Iman itu lebih dari 70 (tujuh puluh) atau 60 (enam puluh) cabang, cabang iman yang tertinggi adalah mengucapkan ‘La ilaha illallah’, dan cabang iman terendah adalah membuang gangguan (duri) dari jalan, dan rasa malu merupakan cabang dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Contoh sifat malu dalam kegiatan mandi sehari hari, yaitu dengan memakai tutup, jangan mandi tanpa busana sebagaimana hadist:
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Pemalu, Maha Menutupi, Dia mencintai rasa malu dan ketertutupan. Apabila salah seorang dari kalian mandi, maka hendaklah dia menutup diri.” (HR. Baihaqi).
RASULULLAH SAW PEMALU MELEBIHI MALUNYA GADIS PINGITAN
Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, ia berkata:
Artinya: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih pemalu daripada gadis yang dipingit di kamarnya.” (HR. Bukhari).
WANITA MEMAKAI SIFAT MALU TEMPATNYA DI SYORGA, SEDANGKAN YANG TIDAK TEMPATNYA DI NERAKA
Malu adalah bagian dari iman, sedang iman tempatnya di Surga dan perkataan kotor adalah bagian dari tabiat kasar, sedang tabiat kasar tempatnya di Neraka.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Hiban, dan Al Hakim).
*KEPADA SIAPA WANITA MESTI MALU?*
Meanggunakan sifat malu, dilakukan dalam hal:
*PERTAMA*
MALU KEPADA ALLOH, dalam setiap keadaan, baik kala sendiri maupun bersama-sama yang dapat dilihat dari ketaatan dalam berpakaian, berbicara, makan dan minum serta ber aktivitas dalam ibadah dan hubungan sesama manusia.
Dalam al Qur’an surat Al Baqarah ayat 228 yang artinya; ‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang sepatutnya.
Artinya antara laki laki dan wanita mempunyai hak yang seimbang dan KEWAJIBAN yang sepatutnya sesuai aturan Alloh SWT, jangan SESUAI ATURAN DIRI SENDIRI yang bisa bermakna MENGATUR ALLOH SWT.
*KEDUA*
MALU KEPADA SESAMA MANUSIA, dalam hal aktivitas duniawi hendaknya perlu menggunakan rasa malu untuk melakukan hal-hal yang buruk dan menzholimi orang lain.
Contoh:
Sifat malu bagi wanita dalam pergaulan yang membaur antara laki laki dan wanita misalnya:
Pertama :
Malu jika tidak ada pembatasan tempat pertemuan
Kedua :
Malu dengan Menjaga pandangan dengan menundukkan sebagian pandangan.
Ketiga :
Malu ketika berada di kerumunan laki-laki,yang disana hanya ada wanita sendirian.
Keempat :
Malu dan Hindari berdesak-desakan dalam suatu kegiatan bersama, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya”. Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya.” (QS. Qashash: 23-24).
Atas pertolongan tersebut Musa dipanggal oleh bapak kedua wanita itu karena sebagaimana firman Alloh SWT: , “Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan penuh rasa malu, ia berkata, ‘Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.‘” (QS. Al Qashash : 25).
Kelima :
Malu dengan Tidak berkhalwat (berduaan dengan lawan jenis)
Keenam :
Malu dengan Hindari tempat-tempat yang meragukan dan bisa menimbulkan fitnah
Ketujuh :
Malu dengan Hindari pertemuan yang lama dan sering, sebab bisa melemahkan sifat malu dan menggoyahkan keteguhan jiwa,apalagi pertemuan rutin ditempat yang tidak ada mahram sebagai penjaga.
Kedelapan :
Malu dengan menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa dan keinginan batin untuk melakukan yang haram, ditempat atau ruangan yang hanya ada antara anak anak dengan orang dewasa atau sama sama dewasa, karena berpotensi timbulnya zina.
Kesembilan :
Malu memakai pakaian yang TIPIS, TEMBUS PANDANG, MEMBENTUK BODI TUBUH DAN KETIKA DILIHAT DAPAT MEMBANGKITKAN SYAHWAT LAKI LAKI YANG MELIHATNYA, sebagaimana hadist: “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim).
Dan hadist dari , ‘Aisyah radhiallahu ‘anha pernah didatangi wanita-wanita dari Bani Tamim dengan pakaian tipis, kemudian beliau berkata, “Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.”.
Hal ini jelas menjadi pedoman bagi wanita, ketika adab berpakaian tidak dipakai maka akan muncul perbuatan yang melanggar norma agama dan susila, sebagaimana hadist Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain, “Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lain pun akan terangkat.”(HR. Al Hakim).
*KETIGA*
MALU KEPADA DIRI SENDIRI
Perbuatan baik dan buruk, yang tahu diri sendiri, sehingga malulah untuk berbuat dosa, ketika sendiri dan bersama,karena bagian dari keimanan.
Contoh pertama
MALU TIDAK MANDI WAJIB SETELAH BERMIMPI DAN MENGELUARKAN SPERMA.
Dari Zainab binti Abi Salamah, dari Ummu Salamah Ummu Mukminin berkata, “Suatu ketika Ummu Sulaim, istri Abu Thalhah, menemui Rasulullah SAW. seraya berkata, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu pada kebenaran. Apakah seorang wanita harus mandi bila bermimpi?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya, bila ia melihat air (keluar dari kemaluannya karena mimpi).’” (HR. Bukhari).
PENTINGNYA PENGAWASAN ORANG TUA DAN MEMBEKALI ANAK WANITA DENGAN SIFAT MALU TERUTAMA PADA PROSES PENDIDIKAN DAN BEKERJA
Ketika anak diusia sekolah sejak kecil sudah diajarkan ditanamkan SIFAT MALU, kemanapun dia sekolah dan dimanapun dia berada DIA AKAN BISA MENJAGA DIRI DENGAN SIFAT MALU, sifat malu itu akan MEMELIHARANYA DARI BAHAYA DAN MAKSIAT, sehingga disetiap sekolah PENTING OLEH PENYELENGGARA pendidikan ditanamkan dan di praktikkan SIFAT MALU yang menjadi bagian dari AKHLAK TEPRUJI.
Sehingga wanita yang mempunyai rasa malu tergolong wanita solehah, dan DIA AKAN MENJADI PERHIASAN DUNIA. Sebagaimana hadist: “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah isteri yang shalihah.” (HR Muslim dari Abdullah bin Amr).
DOSA ANAK AKAN MENJADI DOSA ORANGTUA KETIKA ORANGTUA TIDAK MENGAJARKAN KEBAIKAN DAN MENCEGAH DARI BERBUAT DOSA
Karena setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, dan KEDUA ORANGTUANYA YANG MENJADIKAN ANAK sebagaimana kehidupannya, sebagaimana hadist:
“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana permisalan hewan yang dilahirkan oleh hewan, apakah kalian melihat pada anaknya ada yang terpotong telinganya? (HR. Bukhari).
DOSA DAN PAHALA AKAN DIPIKUL MASING-MASING, KECUALI DOSA KARENA MELALAIKAN TANGGUNGJAWAB YANG SEMESTINYA MENJADI TANGGUNGJAWAB ORANGTUA
Ketika anak berbuat kesalahan dan dosa ,sampai dewasa, maka orangtua ikut memikul akan dosa dan kesalahan tersebut, sebagaimana hadist:
لاَ يَجْنِى جَانٍ إِلاَّ عَلَى نَفْسِهِ لاَ يَجْنى وَالِدٌ عَلَى وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُودٌ عَلَى وَالِدِهِ
artinya; “Tidaklah seseorang berbuat dosa kecuali menjadi tanggung jawabnya sendiri, tidaklah orangtua berbuat dosa menjadi tanggung-jawab anaknya dan tidak pula anak berbuat dosa menjadi tanggung jawab orang tuanya. HR. Tirmidzi).
DAN Alloh SWT berfirman: Katakanlah: “Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, Padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (Qs. Al-Anam: 164).
Dengan ketentuan tersebut di atas, sifat malu dapat menjaga wanita dari dosa dan kemaksiatan, sedangkan melepaskan rasa malu maka akan terjerumus kepada dosa dan kemasiatan, karena dosa tidak telrihat oleh mata, hanya membekas dalam jiwa dan perasaan,
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.” (HR. At Tirmidzi , Ibnu Majah,, Ibnu Hibban dan Ahmad).
Maka setiap orang berbuat dosa tanpa RASA MALU, MAKA HATINYA JADI GELAP, IBARAT KACA BERDEBU DAN AIR YANG KERUH, MAKA DIA TIDAK BISA MELIHAT KEBAIKAN PADA DIRINYA DAN ORANG LAIN, YANG LAHIR DARINYA MELIHAT ORANG LAIN BURUK DAN SUKA MENYALAHKAN ORANG LAIN KETIKA MELAKUKAN SALAH.
NUUN WALQOLAMI WAMA YASTHURUN.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
(Sukabumi, Jumat, 16 September 2022)
Penulis merupakan seorang pendakwah, dosen, penulis buku dan praktisi hukum