Jakarta | Topsumbar – Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa, dianggap sudah menghina dan melecehkan Kiai-kiai mengenai dengan cerita tentang rutinitas perlindungan amplop dalam kunjungan ke pesantren-pesantren.
Cerita berikut disampaikan Suharso terhadap acara Pembekalan Antikorupsi Politik Cerdas Berintegritas di Gedung KPK terhadap Hari Senin (15/8/2022) kemarin.
Aktivis dan Cendekiawan Nahdlatul Ulama (NU) Dr. Sholeh Basyari M. Phil menyatakan cerita Suharso itu sudah menghina para Kiai-kiai dan dapat mengakibatkan kesimpulan perlindungan amplop berikut sebagai cikal budaya korupsi.
“Saya terlampau mengecam cerita Suharso tersebut. Apa maksudnya itu? Di depan para Komisioner KPK dan terhadap acara pembekalan antikorupsi. Sama saja dia menyatakan itu adalah prilaku korupsi oleh Kiai-kiai. Mana adabnya kepada Kiai? Ketum partai islam, tidak hormat terhadap Kiai,” kesal Sholeh kepada wartawan melalui video pendeknya, Rabu (17/8/2022).
Sholeh menyebutkan, rutinitas memberi amplop layaknya cerita Suharso, sebetulnya tersedia di pondok pesantren.
Tapi itu seluruh adalah wujud sumbangan kepada pesantren dan sedekah kepada para santri.
“Yang namanya sedekah, tidak tersedia kewajiban. Jadi jangan dibuat itu seolah-olah harus, terkecuali tidak tersedia (amplop) maka tidak dapat dilayani. Tidak tersedia kiai yang layaknya itu. Ini sudah masuk terhadap ranah penghinaan,” lanjut Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) tersebut.
Kata Sholeh, dia dengan dengan para teman-teman aktivis NU dan para santri dapat mendesak Suharso untuk memberi tambahan klarifikasi atas pernyataannya itu.
Tidak cuma hingga klarifikasi, Sholeh terhitung dapat konsultasi dengan praktisi hukum dari NU, untuk memandang adanya unsur pasal-pasal penghinaan dan pelecehan atas pengakuan itu.
“Pasti, terkecuali tersedia unsur-unsur pidana yang dapat ditetapkan, kami dapat buat laporan. Karena ini sudah menyinggung marwah dan juga martabat kiai dan pesantren,” pungkasnya.
Cerita Suharso di KPK
Pada kesibukan pembekalan antikorupsi kepada para pengurus PPP, Suharso Monoarfa mendapatkan peluang untuk memberi tambahan sambutan.
Pada awal sambutannya, Suharso menceritakan pengalaman pribadinya waktu mampir ke pondok pesantren besar, peranan berharap doa dari sebagian kiai yang menurutnya terhitung kiai besar.
“Waktu aku Plt. Ini demi Allah dan RasulNya terjadi. Saya mampir ke kiai itu dengan sebagian kawan, lantas aku pergi begitu saja. Ya, aku minta didoain kemudian aku jalan. Tak lama kemudian aku dapat pesan di whatapps, Pak Plt, tadi ninggalin apa gak untuk kiai?,” cerita Suharso.
Kemudian Suharso yang terasa tidak meninggalkan sesuatu di sana.
Sempat menduga tersedia barang cucunya yang tertinggal di pesantren tersebut.
Kata orang yang mengirim pesan ke dia, menyatakan bukan barang yang tertinggal.
Namun sesudah dijelaskan bahwa mesti tersedia perlindungan untuk kiai dan pesantren, ujar Suharso lagi, dia bahkan sempat menyatakan tidak membawa sarung, peci, Alquran atau lainnya.
“Kayak gak ngerti aja Pak Harso ini, gitu Pak Guru. I’ve provited one, every week. Dan tiap tiap ketemu Pak, ndak dapat Pak. Dan bahkan hingga waktu ini, terkecuali kami ketemu di sana, itu terkecuali salamannya tu, gak tersedia amplopnya Pak, itu pulangnya itu, sesuatu yang hambar,” lanjutnya.
Suharso terhitung memberi tambahan menegaskan, bahwa itulah gambaran suasana terhadap waktu sekarang ini.
Dalam sambutannya, Suharso terhitung sempat menyinggung dua orang Ketua Umum PPP di awalnya yang tertangkap oleh KPK.**
Dapatkan update berita pilihan seputar Sumatera Barat hari ini dari Topsumbar.co.id. Mari bergabung di Grup Whatsapp “TOPSUMBAR|Media Online”, caranya klik link https://chat.whatsapp.com/HIjz25fqv3j6AguRPbSoeT, kemudian join. Anda harus install aplikasi Whatsapp terlebih dulu di ponsel.