Jakarta | TopSumbar – Kementerian Kesehatan RI tidak melaporkan ada temuan kasus cacar monyet di Indonesia. Kini, total ada 10 suspek pasien cacar monyet di Indonesia. Namun sembilan di antaranya telah dinyatakan negatif cacar monyet, saat satu suspek paling akhir asal Pati, Jawa Tengah, kini tetap didalam pemeriksaan.
Meski begitu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyorot potensi penularan cacar monyet di Indonesia. Mengingat, gejala cacar monyet, dapat menjadi serupa dengan gejala penyakit lain terhadap kulit layaknya infeksi akibat bakteri (impetigo).
“Kelainannya (cacar monyet) mirip-mirip impetigo. Tapi cacar itu lesinya lebih dekat-dekat,” terang Ketua Satgas Monkeypox (cacar monyet) PB IDI dr Hanny Nilasari, SpKK didalam diskusi daring, Kamis (5/8/2022).
“Kemudian diikuti oleh gejala demam, gejala paling banyak dikeluhkan pasien monkeypox adalah demam, myalgia, sakit kepala, dia merasa tidak sedap di saluran tenggorok. Kemudian pembesaran kelenjar getah bening dan kelainan di kulit,” sambungnya.
Lebih lanjut menurut dr Hanny, terhadap pasien cacar monyet, ruam terlihat berwujud bercak di atas permukaan kulit. Ruam tersebut bakal berkembang diikuti bintil-bintil. Bintil tersebut kemudian menjadi lenting, dan berkembang menjadi lenting bernanah.
Selain itu, lokasi ruam dan kelainan kulit terhadap pasien cacar monyet juga condong khas. Berikut temuan lokasi ruam terhadap tubuh pasien cacar monyet:
1. Wajah (95 persen)
2. Telapak tangan dan telapak kaki (75 persen)
3. Mukosa layaknya daerah kulit genital dan daerah mata (70 persen)
4. Alat kelamin (30 persen)
5. Selaput lendir mata (20 persen)
(HT)