Kajian Jumat Oleh: Amri Zakar Mangkuto Malin, SH, M.Kn
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Pembaca Top Sumbar yang setia, dengan keimanan dan senantiasa merindukan kebenaran senantiasa tersampaikan ketika ada yang menggantinya dengan kesalahan dan menyembunyikan dibalik penampilan dan jabatan serta kepopuleran.
Kaum muslimin yang dirahmati Alloh SWT.
Puasa arafah adalah puasa sunnah pada tanggal 9 Dzulhijjah, yang waktunya bersamaan dengan jemaah haji wukuf (hadir) di padang arafah. Dan keesokan harinya adalah idul adha. Jangan sampai ketika jemaah haji sudah idul adha kita masih berpuasa 9 dzulhijah? Artinya akan terperangkap pada ibadah puasa dihari raya, karena dilarang berpuasa pada hari raya idul fitri dan idul adha.
9 DZULHIJAH BERSAMAAN DENGAN WAKTU WUKUF DI ARAFAH
Dikutip dari merdeka.com bahwa Berdasarkan rencana perjalanan haji (RPH) Tahun 1443H/2022M yang diterbitkan Kementerian Agama, pelaksanaan wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah 1443, diperkirakan bertepatan dengan 8 Juli 2022 atau jatuh di hari Jumat.hal senada dikemukakan oleh Wakil Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Nasrullah Jasam mengatakan, jatuhnya puncak haji atau wukuf Arafah pada Hari Jumat (https://www.tribunnews.com) dengan demikian dapat dikatakan bahwa waktu 9 dzulhijah adalah bersamaan dengan waktu wukuf di arafah bagi jemaah haji.
Hal ini perlu di imani bahwa penentuan waktu puasa arafah dan idul adha berpedoman kepada pelaksanaan ibadah haji, sehingga perhitungan lain digunakan ketika kita tidak mengetahui waktu wukuf dan idul adha di arafah, tetapi karena sudah tersiar informasi dari berbagai sumber bahwa waktu wukuf di arafah jatuh pada tanggal 8 Juli 2022 bertepatan dengan hari jumat ini, maka hari ini adalah hari puasa arafah dan besoknya sabtu tanggal 9 Juli 2022 adalah idul adha.
PERBEDAAN WAKTU MEKAH DENGAN INDONESIA
Dikutip dari https://www.suara.com Letak geografis Indonesia yang lebih mendekati lokasi terbit matahari menyebabkan Indonesia 4 jam lebih awal ketimbang Arab Saudi. Hal tersebut berkat Indonesia mengikuti zona waktu GMT +7, sedangkan Arab Saudi mengikuti zona GMT +3. Sebagai contoh, di Indonesia jam menunjukkan pukul 16:09 WIB, sedangkan di Arab Saudi, jam menunjukkan pukul 12:09 Waktu Arab Saudi (WAS).
Maka dengan selisih waktu tersebut 4 jam masih dalam putaran waktu yang sama untuk bilangan waktu salat lima waktu, selisihnya adalah satu waktu salat, seperti di indonesia adalah didirikan salat Asar, maka di mekah mendirikan salat dzhur atau diindonesia mendirikan isya, di mekah mendirikan salat asar.
Sehingga selisih 1 waktu salat semestinya tidak menyebakan perbedaan waktu wukuf antara Indonesia dengan mekah. Dengan kata lain jika ibaratkan sehari itu ada 12 jam maka 4 jam adalah 1/3 dari waktu sehari, sehingga matahari masih tetap terlihat dalam jarak waktu selisih 4 jam tersebut waktu yang sama antara mekah dengan Indonesia.
APAKAH PENENTUAN WAKTU 9 DZULHIJAH BERDASARKAN HISAB ATAU RUKYAT?
Jika kita cermati hukum puasa romadhan, disyariatkan dengan berpedoman kepada melihat hilal Romadhan, sebagaimana hadist:
“Apabila kalian melihat hila (bulan Ramadhan) maka puasalah dan apabila kalian melihat hilal (bulal Syawal) maka berbukalah (lebaran), dan apabila tertutup awan (mendung) maka berpuasalah 30 hari.” (HR. Muslim).
Tetapi apakah demikian juga untuk pelaksanaan ibadah haji dan puasa arafah?.
Sedangkan pelaksanaan ibadah haji tidak demikian, tentu mengikuti HUKUM WAKTU DIMEKAH, Pelaksanaan Ibadah haji adalah mengikuti ibadah Nabi Adam dan Nabi Ibrahim yang dijadikan sebagai salah satu rukun Islam.
Dikutip dari https://kalam.sindonews.com Nabi Adam berjalan dan bumi dilipatkan untuknya. Setiap tempat yang terinjak oleh kakinya menjadi sebuah kampung. Dan setelah Adam memasuki Makkah, Allah mewahyukan kepadanya untuk thawaf di tempat yang akan menjadi Baitullah tersebut.
Dia mengerjakan thawaf sebanyak 7 kali tanpa memakai penutup kepala dan bertelanjang. Itulah sunnahnya ibadah haji. Setelah Adam mengerjakan itu, Allah mengampuni kesalahannya dan menerima tobatnya. Thawafnya menjadi pelebur dosa.
Setelah Adam bertobat, dia disuruh Allah untuk pergi ke Arafah. Adam pun pergi ke Arafah dan berdiam di sana. Tiba-tiba Hawa berjalan ke arah Adam. Mereka berkumpul di gunung tersebut. Sejak saat itu, diam (wuquf) di gunung tersebut dijadikan salah satu bagian dari ritus ibadah.
Tempat tersebut diberi nama Arafah karena Adam dan Hawa saling kenal di tempat itu. Kemudian keturunan Adam Nabi Ibrahim diperintahkan Alloh swt untuk membangun ka’bah. Setelah membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim dan Ismail melakukan ibadah haji.
Pada tanggal 8 Dzulhijjah, Jibril turun dan menyampaikan pesan untuk mendistribusikan zam zam ke beberapa tempat seperti Mina dan Arafah. Sebagaimana firman Alloh swt: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman, dan berikanlah rezki kepada penduduknya dari (berbagai macam) buah-buahan, (yaitu penduduknya) yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” Allah berfirman: “Dan siapa yang kafir maka Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku memaksanya menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali“. (Q.S Al Baqarah : 126).
Hal ini menjadi suatu syariat berhaji menuju Arafah pada tanggal 8 dzulhijah untuk menyambut waktu 9 dzulhijah.
Pelaksanaan Ibadah haji menurut Hadist
Ibadah haji yang didalamnya ada sunnah puasa dzulhijah merupakan sunnah yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad saw sebagaimana dalam sabdaNya: “Puasa itu adalah pada hari kalian semua berpuasa, dan lebaran itu pada hari kalian berbuka, sedangkan Idul Adha adalah pada saat kalian semua berqurban.” (HR. Tirmidzi).
Maka ibadah idul adha dilaksanakan pada idul qurban, inilah dasar kebolehan merayakan hari raya berbeda dengan pelaksanaan wukuf di arafah.
Meskipun demikian Rasulullah sudah mensunnahkan kalau puasa arafah itu jatuhnya pada tanggal 9 dzulhijah dan berpedoman kepada waktu pekaksanaan wukuf di arafah, karena dia disebut puasa arafah, maka siapa yang mengikuti waktu puasa arafah bukanlah suatu hal kekeliruan dan yang tidak mengikuti bukan pula suatu kekeliruan, karena setiap ibadah ada dasar hukumnya, tetantu pastikanlah hukum ibadah mana yang menjadi iman dan ikutan?
Dalam hadits shahih yang berasal dari Qatadah RA, Rasulullah SAW bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
“Puasa hari Arafah menghapus kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada tahun lalu dan tahun yang akan datang.” (HR Muslim, At Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Dalam riwayat Ad-Daruquthni dari Aisyah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jumlah manusia yang dibebaskan Allah dari neraka pada hari Arafah lebih banyak daripada yang dibebaskan-Nya pada hari lainnya. Pada hari Arafah Allah mendekatkan lalu membanggakan mereka (orang-orang yang wukuf di Arafah) kepada para malaikat, dan Dia berfirman, ‘(Pasti Ku-kabulkan) apapun permohonan mereka.’” (Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dan lainnya).
Hal ini sesuai hadist berikut: “Rasulullah saw bersabda, “Puasa Arafah (9 Zulhijah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang.” (HR Muslim).
Sehingga puasa arafah dilakukan pada waktu jemaah wukuf di arafah (selama berada di arafah) sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Tidak ada hari dimana Allah membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada Hari Arafah, dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para Malaikat dan berkata: ‘Apa yang mereka inginkan?” (HR Muslim).
JANGAN BERPUASA DI TANGGAL 10,11,12 DAN 13 DZULHIJAH KARENA MERUPAKAN HARI RAYA DAN HARI TASYRIK.
Hari Tasyrik menurut ahli bahasa dan ahli fiqh adalah tiga hari setelah Hari Raya Idhul Adha (nahar) yakni tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Dinamakan tasyriq karena di hari-hari tersebut daging-daging qurban didendeng (dipanaskan di bawah terik matahari). Dalam hadits disebutkan,
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
“Hari-hari tasyriq adalah hari makan dan minum.” (HR. Muslim).
Sehingga untuk tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah ulama menyebutnya dengan hari tasyriq. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
“Hari-hari Mina adalah hari-hari makan, minum dan berdzikir kepada Allah” (HR. Muslim).
PERBEDAAN WAKTU IDUL ADHA BERPOTENSI BERPUASA PADA HARI TASYRIK
Jelasnya waktu puasa dan idul adha sebagaimana dalam hadist:
“Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir, bahwa Rasulullah Saw bersabda: hari Arafah (9 Dzul Hijjah), hari Idul Adha (10 Dzul Hijjah) dan hari-hari Tasyrik merupakan hari raya kita umat Islam. Hari-hari tersebut merupakan hari makan dan minum.” (HR. Abu Daud).
Allah jadikan hari tasyriq sebagai hari istimewa untuk berdzikir. Karena itulah, Allah perintahkan umat Islam untuk memperbanyak berdzikir pada hari itu. Rasulullah saw. bersabda:
“Hari yang paling agung di sisi Allah adalah hari kurban, kemudian hari al-qarr”. (HR. Abu Daud).
Ibnu Khuzaimah mengatakan bahwa yang dimaksud yaum al-qarr adalah hari setelah idul kurban.
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
“Ingatlah Allah di hari-hari yang terbilang.” (QS. Al-Baqarah: 203). Yaitu di hari tasyriq.
Maka perlu disikapi oleh orang beirman dengan iman, jangan sampai berpuasa pada hari tasyrik, hari tasyrik tersebut merupakan bagian dari waktu bagi jemaah haji menunaikan syariat ibadah haji di mekah.
KEBOLEHAN PUASA PADA HARI TASYRIK ADALAH BAGI JEMAAH HAJI TERTENTU
Dikecualikan bagi yang berhaji dengan mengambil manasik tamattu’ dan qiron lalu ia tidak mendapati hadyu (hewan kurban yang disembelih di tanah haram), maka ketika itu ia boleh berpuasa pada hari tasyriq. Dari Ibnu ‘Umar dan ‘Aisyah berkata,
لَمْ يُرَخَّصْ فِى أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنْ يُصَمْنَ ، إِلاَّ لِمَنْ لَمْ يَجِدِ الْهَدْىَ
“Tidak diberi keringanan di hari tasyriq untuk berpuasa kecuali jika tidak didapati hewan hadyu.” (HR. Bukhari )
PENYEMBELIHAN HEWAN QURBAN DILAKUKAN DI HARI TASYRIK BUKAN DI HARI RAYA.
Kapan menyembelih hewan qurban? Ada yang melakukans etelah hari raya, semestinya hari raya digunakan untuk makan-makan dan silaturahmi, sehingga keesokan harinya selama 3 hari adalah hari penyembelihan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Di setiap hari tasyriq, boleh menyembelih.” (HR. Ahmad, ibn Hibban, Ad-Daruquthni).
Berdasarkan hal tersebut di atas, lakukanlah puasa arafah dengan iman mengikuti sunnah ibadah haji yang disunnahkan oleh rasulullah saw, ketika mengikuti waktu wukuf TIDAK AKAN ADA PERBEDAAN DISELURUH DUNIA, itulah hikmah ibadah haji, sebagai PEMERSATU UMAT ISLAM DISELURUH DUNIA. yang berbeda dengan ibadah puasa yang dihitung dengan melihat bulan di daerah masing-masing.
NUUN WALQOLAMI WAMA YASTHURUN.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
(Sukabumi, Kamis, 08 Juli 2022)
Penulis merupakan seorang pendakwah, dosen, penulis buku dan praktisi hukum.