SIMPANG AMPEK | TOP SUMBAR–Lembaga Peduli Anak-Anak, Jemari Sakato, menggelar simulasi Standar Operasional Prosedur (SOP) Satuan Pendidikan Aman Bencana di SD Negeri 16 Kajai, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, bertepatan dengan peringatan Hari Anak Nasional 2020 yang jatuh tepat hari ini, Sabtu (23/07).
Partnership Officer Jemari Sakato pada kegiatan tersebut, Fikon, di Simpang Ampek, mengatakan kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya pihaknya dalam membangun mental kesiapsiagaan yang tangguh saat terjadi bencana bagi anak-anak usia sekolah.
“Pengalaman gempa 25 Februari 2020 cukup memberikan pelajaran dan hikmah yang banyak tentang bagaimana anak-anak sangat membutuhkan edukasi terkait kebencanaan mengingat potensi bencana yang berada di sekitar lingkungan mereka, ” sebutnya.
Bertepatan dengan peringatan Hari Anak Nasional 2020, lanjutnya, diharapkan dapat menjadi pengingat bagi setiap orang bahwa ada kelompok rentan bencana, yaitu anak-anak.
Menurutnya, mereka sangat membutuhkan perhatian dan kepedulian semua pihak untuk bagaimana menciptakan mereka sebagai generasi penerus yang tangguh dan memiliki kesadaran dan pengetahuan tentang kebencanaan.
“Melalui kegiatan simulasi ini diharapkan mampu menjadi sarana pengujian sistem penanganan bencana yang dituangkan dalam dokumen Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB),” ulasnya.
Ia mengungkapkan, hingga saat ini sebanyak 17 unit sekolah di Kabupaten Pasaman Barat sudah memiliki dokumen tersebut dan diharapkan bisa difasilitasi oleh pihak terkait agar sistem penanganan kebencanaan.
Karena, lanjutnya, dari pengalaman kebencanaan yang menjadi amatan pihaknya, sistem penanganan secara berjenjang dan dipahami sama oleh setiap individu khususnya di lingkungan sekolah adalah kunci utama dalam menghindari jatuhnya korban.
“Jika sistem tersebut berjalan baik maka tanggungjawab dalam menyelamatkan anak-anak pada saat bencana akan terlaksana dengan baik dan tentu akan mengurangi kepanikan orang tua dan lingkungan sekitar yang juga memiliki naluri sama untuk selamat karena setiap anak sudah mengerti bagaimana menyelamatkan diri jika sewaktu-waktu bencana terjadi, “sebutnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SD Negeri 16 Kajai, Ramadani, mengatakan dari pengalaman gempa lalu pihaknya memang sudah mempersiapkan secara serius terkait persiapan dini kebencanaan bagi para peserta didik di sekolah itu.
“Kami juga sudah mulai merancang sistem penanganan keselamatan awal bagi seluruh anak-anak di sekolah ini termasuk mencari peluang pendanaan pengadaan dukungan infrastruktur keselamatan kebencanaan seperti tenda, tandu dan peralatan lain yang dibutuhkan, ” sebutnya.
Ia menyebutkan, mempersiapkan mental anak-anak dan orang tua murid dalam menghadapi bencana juga menjadi salah satu titik perhatian utama pihaknya untuk dibangun sejak dini.
Salah satunya adalah dengan melakukan edukasi dan sosialisasi kebencanaan secara berkesinambungan dengan melibatkan seluruh unsur relawan dan pemerhati kebencanaan baik dari lembaga non pemerintah seperti PMI maupun lembaga terkait lainnya di pemerintahan.
“Kami menyadari bahwa bencana memang tidak bisa diprediksi kapan datangnya, yang bisa kita lakukan hanyalah melakukan segala persiapan dini baik berupa langkah penyelamatan diri pribadi dan lingkungan, ” pungkasnya.
Terpisah, Wakil Bupati sekaligus Ketua PMI Pasaman Barat, H Risnawanto SE, mengapresiasi upaya yang sudah dilakukan oleh pihak Jemari Sakato yang tetap konsisten dalam membantu masyarakat terdampak bencana gempa khususnya bagi anak-anak usia sekolah.
Disinggung tentang upaya yang dilakukan pihak PMI bersama unsur pemerintah di daerah itu, ia menjelaskan saat ini sedang disusun regulasi terkait penanganan bencana yang nantinya akan menjadi acuan oleh semua pihak yang terlibat.
“Mudah-mudahan dengan dilahirkannya regulasi tersebut maka sistem penanganan bencana secara menyeluruh bisa dilaksanakan secara baik dan sistematis baik dalam persiapan dini, tanggap darurat hingga masa pemulihan pasca bencana,” sebutnya.
Pihaknya kembali mengimbau kepada seluruh lapisan masyarakat agar senantiasa meningkatkan kewaspadaan dini terhadap ancaman bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
“Bagaimana pun juga sikap kesiapsiagaan adalah kunci utama untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dan menghindari jatuhnya korban jiwa, ” tutupnya.
Pantauan wartawan, kegiatan simulasi tersebut diikuti antusias oleh puluhan pelajar usia dini di sekolah itu.
Kegiatan diawali dengan sosialisasi terkait langkah penyelamatan dini saat gempa terjadi dan dilanjutkan dengan simulasi perlindungan diri dimulai dari gerakan berlindung dan melindungi kepala, bergerak menuju titik kumpul dan dilanjutkan dengan bergerak menuju titik aman bencana.
(Rully Firmansyah)
Dapatkan update berita pilihan seputar Sumatera Barat hari dari Topsumbar.co.id. Mari bergabung di Grup Whatsapp “TOPSUMBAR|Media Online”, caranya klik link https://chat.whatsapp.com/HIjz25fqv3j6AguRPbSoeT, kemudian join.