Mendorong pengembangan industri peternakan, Wakil Gubernur Sumbar, Audy Joinaldy didampingi Wakil Bupati Solok Selatan, Yulian Efi meninjau “Nagari Seribu Sapi” di Kec. Sangir, Solok Selatan, Kamis (21/4).
Merupakan hasil kolaborasi Pemprov Sumbar dan Kementrian Pertanian, Nagari ini sendiri merupakan gabungan dari lima kelompok tani di Kec. Sangir yang memperoleh bantuan seribu ekor sapi dari program pengembangan Desa Korporasi Sapi yang digagas Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan sejak 2021 lalu.
Wakil Gubernur, Audy Joinaldy mengatakan program ini merupakan yang pertama kali nya di Sumatera Barat. Diharapkan nantinya keberadaan Desa Korporasi Sapi ini mampu meningkatkan populasi dan produksi hasil peternakan di Sumbar.
“Sumatera Barat baru pertama kali mendapat program bantuan semacam ini, selanjutnya tugas kita adalah bagaimana meyiapkan pakan yang layak supaya pertumbuhan ternak optimal dan memberikan added value untuk hasil yang lebih maksimal,” katanya berpesan.
Lebih lanjut Audy berpesan pada kelompok tani agar menjaga kebersihan kandang, serta mempelajari dengan baik karakteristik, pola makan, pertumbuhan, dan pembiakan yang berbeda-beda pada setiap jenis sapi. Sebagai pakar di bidang peternakan Audy juga memberikan tips-tips pengembangan dan pengelolaan ternak pada para petani.
Si sisi lain, Taufik, ketua koperasi Sangir Serumpun Sejahtera, yang menaungi kelima kelompok tani penerima bantuan mengatakan saat ini sapi yang dikelola baru berjumlah 500 ekor, yang terdiri dari Sapi Simental, Peranakan Ongole, Frisian Holstate, dan Brahman. Sementara sisa 500 ekor lainnya akan diterima kembali pada Oktober mendatang.
“Sekarang baru datang 500 ekor, masing-masing 100 untuk setiap kelompok. Bulan Oktober nanti baru datang lagi indukan 500 ekor lagi, jadi totalnya seribu,” ujar Taufik.
Sementara untuk pakan dan added value yang menjadi perhatian utama Wakil Gubernur, ia menyampaikan sejauh ini kebutuhan pakan ternak berupa rumput dan konsetrat masih mampu dipasok secara swadaya oleh kelompok tani. Selain itu, kotoran ternak juga sudah diolah menjadi pupuk.
“Kotoran-kotoran kita tumpuk, diberi kapur dolomite dan disemprot dengan IM4 yang mengandung bakteri baik untuk mempercepat fermentasi, setelah itu kita keringkan selama 20 Hari. Dengan proses ini, setiap kelompok sekarang sudah memproduksi 5 ton pupuk setiap bulan dan Dijual Rp. 10.000,- per 5kg,” tuturnya saat ditanya oleh Wagub.
Di samping itu, guna meningkatkan produksi pupuk, Taufik juga meminta dukungan pada pemerintah untuk pembangunan rumah kompos bagi para kelompok tani.
(Ha/red)