Payakumbuh— Pemerintah Kota Payakumbuh bekerjasama dengan Maktab Center menggelar Seminar dengan Judul “Mengatasi Kecanduan Gadget Pada Anak”, Yang dilaksanakan di Aula Ngalau Indah Kantor Balai Kota Payakumbuh, beberapa waktu lalu.
Seminar ini dibuka secara langsung oleh Wali Kota Payakumbuh yang dalam hal ini diwakilkan oleh Asisten III Amriul Datuak Karayiang serta didampingi oleh Kabag Kesra Irwan Suwandi dan Narasumber Psikolog Klinis Halfizh.
Dalam sambutannya, Asisten III Amriul Datuak Karayiang mengatakan orang tua adalah contoh bagi anaknya. Kalau orang tua sering memegang gadget di depan anak, pasti akan ditiru oleh anak.
“Sebagai orang tua harus jadi role model. Kalau anak tidak diperbolehkan main gadget, ya jangan di depan anak kita main gadget. Anak jadi melihat kebiasaan orang tuanya main gadget, jadi anak juga akan ikut,” jelas Amriul
Selain itu, baiknya orang tua juga membuat peraturan yang ditaati bersama. Misalnya, pada ruang tertentu dilarang untuk bermain gadget.
“Misalnya di ruang makan, di ruang tidur, dan saat berkumpul keluarga harus tidak ada gadget. Di luar itu mungkin boleh ada. Apalagi disaat pandemi covid 19, anak-anak kita belajar secara Daring. Tetapi cukup diberikan saat belajar saja, jangan sampai tidak diawasi. Makin lama, pelan-pelan menguranginya, tidak bisa langsung secara instan untuk melarang anak yang sudah terlanjur kecanduan gadget,” katanya.
Menurut Amriul, gadget dibutuhkan untuk mencari pengetahuan. Sedangkan untuk melatih kemampuan motorik, lebih baik menggunakan permainan.
“Kalau gadget itu lebih ke pengetahuan, kalau motorik itu tidak masuk. Semua tergantung umur,” pungkasnya.
Psikolog Klinis Halfizh mengatakan
Orang tua harus menjadi teman baik untuk anak. Karena anak butuh didengarkan, butuh diawasi dan butuh dimengerti. Membangun kedekatan dengan anak adalah gerbang awal menuntun anak kepada keberhasilan. Jadilah seseorang yang nyaman bagi anak-anak kita.
Faktanya saat ini adalah tali kasih anak dengan orang tua mulai lapuk karena orang tua tidak memiliki kedekatan dengan anak
“Pada saat ini lebih dari 50% orang tua tidak dekat dengan anaknya, apalagi diusia memasuki masa puberitasnya,” ujar Halfizh
Diterangkan Halfizh, Hal ini akan menjadi berbahaya ketika anak lebih dekat dengan orang lain di luar sana bahkan lebih mempercayai mencari informasi di gadget, dimana informasi di gadget dapat diakses tanpa adanya penyaringan. Terlebih lagi ketika Intensitas pertemuan orang tua dengan anak tidak lagi berkualitas.
“Saat ini faktanya adalah pertemuan 24 jam para ibu-ibu yang tidak bekerja dengan anaknya tidak berkualitas. Karena ibu-ibu saat ini memiliki tingkat stres yang tinggi dengan segala macam konflik kehidupan yang ada. Ibu dan anak sibuk dengan kegiatan dan urusan masing-masing. Ini yang dimaksud dengan pertemuan yang tidak berkualitas. Pertemuan 24 jam tetapi tidak melakukan kegiatan bersama,” terang Halfizh
Disisi lain, Ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya. Bukan sekolah. Sekolah hanya meneruskan pembelajaran. Karena anak lebih banyak di rumah dengan orang tua dari pada dengan sekolah.
“Saya berharap bapak dan ibuk memahami kalau pembelajaran utama adalah bersama orang tua, bukan dengan sekolah,” ujarnya
Pada akhirnya, anak-anak yang ingin berbicara dan curhat dengan orang tuanya beralih ke gadget. Karena dengan curhat di gadget, semua yang dilampiaskan ditanggapi oleh orang luar yang mana memilki pendapat yang berbeda-beda. Contohnya seperti curhat di Facebook dan Instagram. Disitulah mangkanya anak-anak gampang terpengaruh dengan gadget. Bahkan sampai ke konten pornografi.
Ditambahkan Halfizh, saat ini banyak orang tua melarang anak bermain gadget, tetapi orang tua sendri sibuk bermain gadget. Orang tua hari ini tidak mau repot, jika ada pertanyaan dari anak langsung diarahkan untuk mencari informasi di Google dan Youtube.
“Google dan youtube menjadi orang tua ke 3 bagi anak-anak. Karena orang tua tidak mau pusing dengan pertanyaan anaknya. Jadi anak tidak bisa di push dan disalahkan atas kejadian ini,” ucapnya.
Terjadinya perubahan sebuah perilaku bermula dari kebiasaan. Cobalah para orang tua tegas mengatakan tidak ketika anak meminta gadget. Duduk bersama anak, diskusikan alasan positif dan negatifnya tentang bermain gadget.
“Harus ada introspeksi diri dari para orang tua merubah kebiasaan-kebiasan yang tidak baik selama ini dan kembalilah menjalin kedekatan dengan anak. Insyallah segala upaya yang kita lakukan untuk kebaikan anak-anak akan berujung baik untuk perkembangan dan masa depan anak,” pungkasnya.
(ton)