Sumatera Barat | Topsumbar – Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengidentifikasi adanya patahan baru pasca gempa bumi mengguncang Kabupaten Pasaman Barat, Jumat (25/2/2022).
Patahan baru tersebut untuk sementara dinamakan dengan Segmen Talamau.
Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial BMKG Rahmat Triyono mengatakan hasil survei lapangan BMKG menyebutkan, pusat gempa bumi yang berpusat di Pasaman Barat tidak berada di segmen Angkola dan Segmen Sianok.
“Karena berdasarkan catatan sebaran gempa susulan menunjukkan di luar dua segmen tersebut, segmen gempa sementara kita sebut segmen Talamau,” kata Rahmat Triyono di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Selasa (1/3/2022).
Rahmat Triyono menambahkan, pihaknya akan mendalami jejak yang terdata tersebut.
“Apa itu kelurusan segmen Sianok atau tidak. Apa baru terbentuk, atau sudah ada atau juga baru kita ketahui,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, juga menegaskan dari data yang terekam sejak hari pertama gempa pada Jumat (25/2/2022) hingga sekarang, BMKG mencatat ada patahan baru.
“Patahan itu tidak pernah teridentifikasi berdasarkan data seismitas,” tegas Dwikorita, dalam jumpa pers daring di ruangan VVIP BIM Padang Pariaman, Sumbar, Selasa, (1/3/2022).
Dwikorita menyebutkan, patahan baru yang ditemukan BMKG ini belum tentu merupakan patahan yang baru terjadi, melainkan patahan yang belum memiliki nama sebelumnya karena selama ini belum teridentifikasi oleh BMKG. Hal ini memerlukan kajian lebih lanjut.
“Patahan ini akan di kaji lebih lanjut oleh BMKG ,” sebut Dwikorita.
Dwikorita melanjutkan, temuan patahan baru ini penting untuk penataan mitigasi ke depan, baik perencanaan tata ruang, penyiapan building code, maupun rencana rekonstruksi bangunan.
Lokasi itu merupakan zona merah dan berpotensi mengalami guncangan yang intensitasnya mencapai 8 MMI atau bisa merobohkan bangunan.
”Artinya, penting bagi pemda menyiapkan building code yang tepat di zona episenter yang baru teridentifikasi ini. Juga menyesuaikan tata ruangnya. Tentunya, dalam rekonstruksi pascagempa juga perlu menjadi perhatian. Jika terpaksa harus dibangun di sana, konstruksi harus sesuai dengan building code agar aman dari gempa di masa mendatang,” kata Dwikorita.
Dwikorita menambahkan, gempa bumi yang terjadi pada Jumat (25/2/2022) lalu, pihaknya mengupdate kekuatan gempa yang semula magnitudo 6,2 menjadi magnitudo 6,1.
Terakhir disebutkan Dwikorita, kekuatan gempa di pusat gempa terus menurun dan melemah.
“Masyarakat diminta untuk tidak khawatir terhadap gempa susulan, karena jumlah aktivitas gempa susulan telah berkurang,” pungkasnya.
(Ha/Al/BS)