Pasaman Barat | Topsumbar – Palang Merah Indonesia (PMI) Pasaman Barat, Sumatera Barat, membuka layanan Jaringan Berita Keluarga yang merupakan rangkaian penanganan tanggap darurat pasca peristiwa gempa bumi yang melanda daerah itu, pada Jum’at (25/02).
Koordinator Lapangan Tim Tanggap Darurat PMI setempat, Rida Warsa, di Simpang Ampek, Minggu (27/02) malam, mengatakan layanan tersebut dikemas dalam program Restoring Family Links atau biasa disingkat RFL.
“Program ini ditujukan untuk membantu masyarakat dalam mencari keberadaan atau informasi seseorang yang terputus komunikasi setelah bencana melanda suatu daerah, ” ungkapnya.
Dalam pelaksanaannya, jelas Rida, disajikan dalam dua saluran layanan informasi yakni format Saya Mencari untuk masyarakat yang ingin mengetahui nasib keluarganya dan Saya Selamat untuk korban terdampak bencana yang ingin memberitahu sanak keluarganya tentang nasib mereka setelah bencana terjadi.
Nantinya, lanjut dia, masyarakat pengguna layanan dapat menghubungi Markas atau Posko layanan PMI terdekat untuk memberikan data diri dan data sanak family yang ingin dicari atau diketahui keberadaan serta memastikan sanak keluarga korban terdampak memperoleh informasi tentang keberadaan mereka.
“Setelah data diperoleh maka petugas markas dan relawan nantinya akan mencari informasi sesuai saluran Saya Mencari atau Saya Selamat, untuk kemudian dipertemukan atau komunikasi yang terputus dapat dihubungkan kembali, ” jelasnya.
Menurutnya, melihat kondisi kerusakan yang terjadi akibat gempa mengakibatkan nyaris seluruh barang-barang termasuk alat komunikasi milik warga terdampak tidak bisa diselamatkan.
Melalui layanan tersebut, tambahnya, diharapkan hubungan komunikasi dan keberadaan anggota keluarga dapat dipulihkan kembali.
“Hingga saat ini pihak Posko Tanggap Darurat PMI Pasbar sudah mulai menerima beberapa permintaan layanan dari masyarakat, saat ini sedang dilakukan verifikasi sebelum diumumkan dan dicari keberadaannya oleh tim relawan di lapangan, ” tutupnya.
Disarikan dari situs resmi Palang Merah Indonesia (PMI), layanan RFL mulai dibuka pada tahun 1979 untuk para pengungsi perahu dari vietnam di Pulau Galang (Provinsi Kepulauan Riau). Pelaksanaannya berlangsung sampai 1992 dan didukung oleh ICRC.
Setelah itu PMI memberikan pelayanan RFL semasa konflik, gangguan dalam negeri dan bencana seperti Perang Teluk 1991 –1992 bekerjasama dengan perhimpunan BSM Arab Saudi mempertukarkan lebih dari 7000 RCM.
Kemudian pada Konflik Timor Timur, sejak tahun 1975 RFL sudah aktif dalam penyampaian RCM. Hingga saat ini masih ada kerjasama antara PMI dan CVTL (Cruz Velmelha de Timor Leste/Palang Merah Timor leste), berupa pertukaran RCM di perbatasan antara Timor Leste dan Indonesia (NTT).
Berikutnya Insiden Bom Bali 2002. Kegiatan tim RFL adalah membantu mengisi formulir data ante-mortem dari keluarga para korban untuk identifikasi jenazah (dilakukan kerjasama dengan tim forensik Indonesia dan Polisi Federal Australia)
Selanjutnya, musibah Tsunami yang meluluhlantakan Aceh dan Pulau Nias Desember 2004.Pelayanan RFL berupa saya selamat “I’am Alive” dan Saya mencari “I’m Looking For” berlangsung sampai akhir 2005.
Layanan RFL juga pernah diberlakukan pada peristiwa Gempa Bumi Yogyakarta Mei 2006, Banjir bandang di Wasior, Papua Barat tahun 2010, Meletusnya Gunung Merapi di jogyakarta dan Jawa Tengah 2010 serta ketika peristiwa Gempa Bumi dan Tsunami di Mentawai.
Adapun yang menjadi tujuan RFL pada sebuah peristiwa bencana adalah untuk memulihkan kembali hubungan keluarga, mencegah perpisahan, memberikan kepastian mengenai nasib seseorang dan menyatukan kelompok rentan dengan keluarga.*
(Rully Firmansyah)